Bagi JT, tiap muslim memiliki kewajiban berdakwah selama 1/10 dari waktu diberikan Allah kepadanya. Sehingga dari situ muncullah konsep khuruj fi sabililillah atau jaulah 3 hari selama sebulan, 40 hari hari selama setahun dan 4 bulan sekali selama hidup.
Menggunakan metode dakwah door to door, kelompok ini biasa menggunakan tema memperbanyak amal saleh. Pendekatan yang dilakukan cenderung bergaya sufisme dan mengesampingkan perbedaan fiqiyah (khilafiyah). Jadi kita tak akan menemukan pembicaraan atau kritik mengenai hukum qunut, melafalkan niat shalat, men-jahr-kan wirid selepas shalat dan khilafiyah lainnya. Sehingga tak terjadi friksi antar pengikut JT hanya karena masalah seperti itu.
Kitab yang familier karena sering digunakan saat diadakan ta'lim (setidaknya saat khuruj yang pernah saya ikuti) adalah kitab Riyadhusshalihin karya ulama mazhab Syafi'i, Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawiy atau lazim dikenal dengan Imam al-Nawawiy.Â
Apolitik
Selain melarang pembicaraan tentang khilafiyah, halaqah JT juga tak memperkenankan pembicaraan mengenai politik praktis. Hal ini tak lain disebabkan oleh sifat JT yang terbuka bagi siapapun, tak mengenal sekat mazhab keagamaan dan wilayah apalagi sekedar perbedaan orientasi politik.
Sikap apolotik mereka dalam lingkup dakwah adalah sikap yang tepat dimana mereka menjaga agar ruh dakwah tetap pada relnya. Sebagaimana kita pahami dan alami saat ini, perbedaan orientasi politik bisa begitu keras menyebabkan friksi di antara umat seagama bahkan dalam hubungan berkeluarga sekalipun.
Kebersamaan di pengikut JT bukan cuma kiasan namun tercermin dari kebiasaan yang dilakukan. Salah satunya nampak dari kegiatan makan bersama. Mereka biasa makan dengan menggunakan 1 nampan saja. Salah satu adab saat makan adalah mengambil makanan yang terdekat dengan posisi duduk. Satu nampan biasa berisi sajian untuk 3 atau 4 orang yang duduk bersimpuh membentuk lingkaran. Begitu nyata kebersamaannya.
Jama'ah Tabligh dan Friksi
Inklusivitas mereka dalam berdakwah bukan berarti tanpa mendapatkan hambatan sama sekali. Banyak simpati namun ada juga kegiatan mereka yang menimbulkan kesalahpahaman.
Beberapa tahun lalu, kepolisian RI mengamankan beberapa orang anggota JT yang datang dari Filipina. Kepolisian menaruh kecurigaan terhadap mereka karena mensinyalir adanya keterlibatan JT dengan jaringan separatis Filipina di Mindanao Selatan. Meski kecurigaan itu tak terbukti akhirnya.
Friksi lain yang terjadi terkait dengan kegiatan mereka yang divonis menyimpang. Vonis ini berpijak pada pandangan ulama zaman ini yang menisbatkan diri para penerus dakwah salafunasshalihin salah satunya Syekh Nashiruddin al-Albani.Â