Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Five Minarets in New York", Kontraterorisme ala Layar Lebar

4 Mei 2019   11:21 Diperbarui: 12 Mei 2019   17:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Firat, Hadji Gumuz dan Acar [Dok. madeinatlantis.com]

Tema terorisme selalu menghadirkan perdebatan keras saat terkait dengan keyakinan beragama seseorang atau kelompok, termasuk Islam. Ditambah lagi dengan kehadiran kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam dalam melancarkan aksi kekerasannya, ISIS di Suriah-Libya dan Boko Haram di Nigeria sebagai contohnya.

Fakta ini menampilkan seolah ada kontradiksi dalam ajaran Islam. Di satu sisi, muslim melakukan pembelaan terhadap ajaran agama yang damai sedangkan di sisi lain terdapat sekelompok muslim yang menggunakan dalil-dalil agama untuk melakukan kekerasan. Melihat kondisi yang ke dua ini, kelompok pertama tak jarang mengatakan bahwa para teroris pada hakikatnya tidak menyandarkan tindakannya pada Islam atau mengatakan bahwa semua itu adalah persekongkolan jahat pihak luar dalam menjatuhkan Islam.

Argumen seperti itu bisa benar tapi tak sepenuhnya. Riwayat mengenai radikalisme muslim sebenarnya sudah muncul sejak pasca kenabian. Ahli sejarah mencatat kematian amirul mu'minin ke-4, sayyidina Ali bin Abi Thalib yang juga menantu nabi itu adalah akibat perbuatan seorang muslim, Abdurrahman bin Muljam.

Bukan orang awam, bin Muljam adalah seorang ahli ibadah yang mendapatkan gelar al-Muqri'. Pada masa pemerintahan sayyidina Umar bin al-Khaththab, bin Muljam pernah dikirim ke Mesir untuk memenuhi permintaan gubernur Amr bin al-Ash yang tengah membutuhkan seorang qari'.

Namun beberapa tahun kemudian, saat terjadi konflik antara Ali bin Abi Thalib dan gubernur Syam --Mu'awiyah bin Abi Sufyan --, Abdurrahman bin Muljam masuk dalam golongan yang tak menyetujui perjanjian damai di antara keduanya. Golongan inilah yang disebut sebagai khawarij, golongan yang menyempal dari jama'ah Islam, bukan karena watak jahat mereka namun lebih dikarenakan oleh tak mendalamnya pemahaman agama. Dengan bahasa lain, mereka mengerti teks namun tak mendalami hakikatnya.

Khawarij Zaman Now

Pada masa ini, sosok seperti Abdurrahman bin Muljam dan sosok-sosok khawarij lain yang pernah diberantas sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam perang Nahrawan ternyata masih ada. Merekalah orang-orang Islam yang keras pendiriannya namun labil dalam pemahaman terhadap agama Allah. Sehingga tak ayal perbuatan-perbuatan yang mereka yakini sesuai dengan kitabullah dan sunnah nabiyullah pada kenyataannya justru menodai Islam.

Juhayman al-Uttaibi, pengikut ulama Saudi Syekh Abdul Aziz bin Baz yang berubah ekstrim dan nekat menyandera jamaah haji di Masjidil Haram pada 1979.
Juhayman al-Uttaibi, pengikut ulama Saudi Syekh Abdul Aziz bin Baz yang berubah ekstrim dan nekat menyandera jamaah haji di Masjidil Haram pada 1979.
Hal itulah yang kemudian dipergunakan oleh pihak-pihak yang punya tendensi buruk untuk memberikan stigma jelek terhadap Islam. Mereka menggunakan kelompok-kelompok itu untuk "menghantam" Islam dan memberikan label bahwa Islam adalah agama yang melegalkan kekerasan. 

Di sinilah urgensi peran para agamawan dan kesadaran muslim untuk mempelajari agama melalui orang atau lembaga yang representatip. Mudahnya akses dalam mendapatkan informasi di internet dapat menjerumuskan pada pemahaman-pemahaman menyimpang karena tak adanya penyaring. 

Dan secara singkat, Five Minarets in New York mengambil peran dalam memberikan pemahaman ke khalayak bahwa dalam Islam sendiri terdapat orang yang telah berbuat salah namun sangat yakin bahwa mereka berada di jalan yang benar.

Deradikalisasi bukanlah hal yang mudah. Apalagi saat berhadapan dengan orang-orang yang tak menyadari potensi kekerasan yang timbul akibat kurangnya pemahaman agama. Mereka cenderung gemar menyalahkan pihak luar saja tanpa melihat ke dalam. Dan ini berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun