Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anakku Butuh Panggung

24 Januari 2016   15:58 Diperbarui: 24 Januari 2016   16:35 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau terlahir dari kecamuk rasa

Terlahir dari gelisah, peduli, serapah amarah, tumpah semua rasa

Entah berapa banyak energi terlepas saat menulis, menggores, merupamu

Dan ketika rasa tertuang, ku baca ulang, ku tatap seksama

Sayangku berkata: “Ya! kau adalah anakku, puisi-puisiku!”

-----

Aku mendengar bisikmu

“Bu, sampai kapan ku di sini?”

“Sampai kapan ku terbaring, kaku terbujur dalam lembar-lembar kertas ini?”

“Bu, kapan ku kan berdiri, menyapa dunia, bersenandung, terus berlari?”

-----

Maafkan Ibu, menghadirkan panggung tidaklah mudah

“Tapi aku adalah seorang Ibu, anakku”. “Percayalah!”

Ibu kan terus cari panggung untukmu!

Mementaskanmu, melepaskan deritamu!

 

Kelak kita akan tampil

Kita kan sapa hati-hati yang hampa!

 

Semua akan mendengar lirih gumam kita

Gumam tanya tentang kebingungan dunia!

 

Semua kan larut

Senandungkan mesra cinta!

 

Telunjuk kan berpunya daya, kita akan berteriak

Tuding amarah pada lawan di ujung jauh barisan!

 

Kita kan merunduk dan tertunduk

Benamkan pikiran dalam renung hati! Suarakan detak dalam hening!

-----

Pada saat itu, saat kita berdiri, saat terang lampu menerpa

Kata demi kata luruh, bait demi bait terjatuh

Kau pun terlepas, meruang, terbang, pergi entah kemana

Muncul kecamuk rasa yang baru!

            ***

__________

Puisi ini masuk dalam Kumpulan Puisi BUDAYA DAN SASTRA

Tulisan, Puisi, dan/ Sajak dalam tema lain: BIJAK KEHIDUPAN | CINTA DAN PENDIDIKAN  | EKONOMI  |  HUKUM  | ANTI KEKERASAN  |  KESEHATAN  | LINGKUNGAN ALAM  |  MUSIM  | POLITIK  | URBAN  |

sumber ilustrasi foto |

Nb: jika dari pembaca ada yang punya informasi atau mungkin tergabung dalam komunitas pembacaan puisi maka saya akan sangat lega, berbahagia, dan terbantu bila diberitahu. Nuwun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun