Selamat malam Bapak Penguasa!
Engkau terlihat sendiri malam ini, bolehkah kami temani?
“Kalian siapa!?” | “Kami rakyat Bapak..”
Kenapa jidat Bapak berkerut berfikir? Apakah Bapak lupa rupa kami?
“Kami rakyat! Rakyat! Ya Tuhaaaaan, kami rakyat Pak!”
Mungkin Bapak terlalu sibuk sehingga lupa siapa kami..
Baiklah, mungkin perlu kami paparkan kembali kepada Bapak siapa diri kami, siapa rakyat..
Maaf jika penjelasan kami nanti jauh dari teori, bukan bahasa tinggi, tanpa rujukan, hanya sederhana permisalan..
Mohon perkenan Bapak,..
-----------------------------
Apakah Bapak mendengar jangkrik?
“Mmmm,.. sebentar, coba ku dengar seksama.. ya ada suara jangkrik!”
Apakah itu suara satu, dua, atau banyak jangkrik?
“Mmmm,.. suaranya sama, tapi tak mungkin satu, pasti banyak jangkrik”
Bapak mendengar suaranya bukan?, namun apakah Bapak tahu rupa wajahnya satu persatu?
“Jelas tak mungkin mengenali beda rupa mereka satu persatu!”
Apakah Bapak masih ingat kapan waktu derik mula terdengar, atau setidaknya kala derik tak lagi terdengar?
“Mmmm, jelas siang ku tak mendengar,.. malam suara itu terdengar tanpa saya bermaksud mendengarnya,.. tak tahu kapan tak mendengarnya lagi,.. ku sudah tidur!”
Krik-krik-krik, krik-krik-krik,.. mesti Bapak kira sama?
"Pertanyaan macam apa itu!, Ya begitulah!”
Maaf, Bapak paham maksud suara krik-krik-krik derik berulang itu?
“Apa maksudnya!?"
---------------------
Nah, rakyat tak jauh beda dari jangkrik Pak,..
Suara mereka akan terdengar jika Bapak sebenar-benar mencari mendengar…
Benar mereka banyak, Bapak tidak kenal mereka siapa satu-persatu,.. namun mereka mengenali Bapak..
Banyak mereka, beragam pula suaranya,.. namun sering dianggap satu.. hanya satu yang sudi Bapak berkenan mendengarnya..
Siang mereka tak bersuara Pak, mereka bekerja mencari makan
Kala malam, lelah mereka mulai bersuara..
Mereka terus bersuara sampai subuh Pak,.. hanya Bapak saja yang sudah tertidur lelah mendengarnya
Krik pertama itu adalah suara salam sapa,
Krik kedua adalah pinta
Krik ketiga adalah teriak
Krik keempat adalah ulangan teriak
Krik kelima adalah amarah
Krik terakhir adalah umpatan
Wajar mereka marah dan mengumpat.. sebab persis jawab Bapak tadi, Bapak tidak paham!
Mereka bersuara, berpinta, berteriak.. berulangkali,.. karena Bapak belum juga paham!
Jelas, Bapak bukan Raja Jangkrik, jadi ya wajar tidak paham,..
Arrgggghh,.. siapa kalian!!
Kami utusan jangkrik Pak,..
Woooo,.. jangkriiikkk!!!
Nah!,.. itu Bapak sudah paham :)
-----------------------------------------
Pergi kalian!
Baiklah, setidaknya kami telah berpesan:
Tanpa derik jangkrik, hening malam hilang hiasan,.. Hening tak ada beda dengan diam kematian..
Tanpa suara kami, kursi patah kakinya,.. Kursi tanpa kaki tak ada beda dengan bersila tanpa kuasa!
***
_________________________
sumber foto ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H