Tidak ada pagi baru,.. hanya pagi berulang
Di puncak gunung,.. berulang kali ku menantinya, menatapnya,..
Ku yakin matahari tahu ceritaku, tahu rahasiaku, tahu jawabnya..
-----
Kala di puncak, merasa bumi tidak sepatutnya tempatku berpijak
Bukan bumi tiada pesona, banyak nikmat di bawah sana,..
Di bawah buram kabut,.. liku garis cerita tertulis..
Di antara kelip lampu,.. samar tanya terselip: "siapakah aku?"
-----
Merasa ada sesuatu, ntah apa-siapa di baliknya,.. yakin langit hanya ilusi
Andai tangan mampu meraih, merobek, meremasnya,.. maka tersibak sudah..
Kala pagi, kala senja,.. kala matahari berada diantara,.. kala matahari seolah bulat kancing..
Ingin jemari menyelipkannya dalam garis cakrawala,.. dengan halus kan ku buka bajunya..
-----
Raga ini, lengan tangan ini, tiada mampu merengkuh semuanya,..
Kala ku terpaku, tersadar dalam diam,.. matahari balik menitik pandangnya..
Sebuah sapa pandangannya yang ku tak suka, sebuah tatapan goda,.. seolah dia tahu rahasia asal-usulku, tahu rahasia hari-hariku, bahkan tahu jawaban akhir tanyaku..
-----
Sekali lagi ku bertanya padanya: "siapakah aku?",..
Terasa senyum hangat matahari, memandangku tanpa berkedip,.. seolah berkata: "tak perlu bertanya, kelak kau kan tahu dengan sendirinya"
       ***
___________________
sumber ilustrasi foto
Tulisan/puisi/sajak lain terkait dengan bijak alam: 1. Kebenaran Yang Ku Benci | 2. Tualang Bulir Air | 3. Satu Matahari Khusus Untukmu | 4. Itu Pandu Batasmu |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H