Malam hingga dini hari,.. terus saja rekaman itu diputar ulang,.. terus saja terngiang..
Percakapan yang tiada mungkin ku dengar,.. percakapan para petinggi negeri ini diumbar..Â
-----------
Kuping dan imaji bergandengan, khidmat menyimak isi percakapan..
Sedang tuju mata hanya satu, pada sosok-sosok di atas kursi itu..
-----------
Semacam diam yang sulit dirangkum dalam kata,.. terpaku, terkesima, tak percaya, lemas, hampa..
Pahit kesadaran mendapati kenyataan,..
Kenyataan para petinggi negeri ini tidak bersungguh-sungguh menjalankan peran kebaikan..
Kenyataan para petinggi negeri ini picik licik,.. tertawa bermain atas segala derita dibawahnya..
Kenyataan para petinggi negeri ini dangkal, sebatas mencari tumpuk harta untuk diri, keluarga, dan kolega..
-----------
Ternyata,..
Suara rakyat tak lebih sebatas ganjal kursi tuk duduk berdiri..
Semua yang ada di negeri ini tak lebih sebatas dagang kepentingan segelintir orang..
-----------
Ternyata,..
Harapan-harapan itu terlupakan, sengaja tidak dibawa, sama sekali tidak diperjuangkan..
Percaya itu ringan dikhianati, tidak berarti,.. tersemat pada pundak-pundak yang tamak..
-----------
Secuil rasa percaya dan harapan.. kini benar-benar tiada tersisa,..
Kecamuk,.. semua ambruk, lunglai,.. bahkan sebatas kata mengutuk tiada daya.. tiada lagi guna..
-----------
Hari telah berganti, malam telah larut, sebentar lagi pagi.. menyisakan beberapa jam tuk rebah membuang lelah,..
Harapan kebaikan negeri ini hanya tersisa dalam mimpi,.. dan semoga sebentar lagi ku memimpikannya..Â
Â
                                                              ***
________________
Sebuah sajak aktual penggambaran rasa, saat dan setelah menyimak rekaman percakapan petinggi negeri di Sidang MKD.
4 Desember 2015 | sumber ilustrasi foto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H