Pilkada serentak, serentak bersama,..
Meski bersama, ku merasa sepi sendiri,..
Apa masih perlu terus memilih? Lantas siapa terpaksa ku pilih,..
Apakah sebaya tetangga mengalami sepi serupa?
-----
Ulang pengalaman tiada membawa perubahan,..
Hidup susah belum juga enyah,..
Sembuh sehat sebatas tekad,.. Obat pengobatan jauh dari kemampuan,..
Jarang makan lengkap nikmat,.. Jika tersaji nasi, lauk dan kerupuk, tambah sayur bersantan itu keajaiban,..
Mungkin benar sekolah makin murah,.. tetap saja cari sesuap nasi tidaklah mudah
-----
Pengalaman memberikan pengalaman dan pelajaran,..
Selepas pilkada, pimpinan lupa janji bhakti,..
Selepas pilkada, pasangan itu menjadi bisu,..
Selepas pilkada, mereka bertambah kaya,..
Selepas pilkada, sibuk.. tebal tuntutan korupsi menumpuk,..
Roda kehidupan terus berjalan, gelinding tanpa perubahan,..
-----
Sosok harapan,.. ntah dimana tersimpan,..
Sosok benar dengan kelurusan nalar,..
Sosok peduli, empati bicara lembut hati nurani,..
Sosok kuat tangguh berani, angkat penat peluh kehidupan ini,..
Sosok tanpa sekat, serupa sahaja.. sosok yang ku merasa dekat,..
-----Â
Â
Miskin tiada berpunya, sama buta kabar siapa mereka,..
Mereka merasa beda, namun ku rasa semua mereka sama,..
Mungkin faktor umur, pandang kebaikan mereka kabur,..
Â
Benar Pilkada serempak satu waktu, 'merasa sepi' dan 'bingung' serasa kompak berpadu,..
-----Â
Seorang diri, atau itu hanya ku rasa(?), sedang kenyataan berbeda,..Â
Kenyataan bahwa ku banyak kawanan,..
Sama-sama berulang harap, sama-sama bingung, sama-sama memilih, dan sama-sama kecewa,..
Sekarang sebatas lihat pemberian uang, jual beli yang tak berimbang,..
Uang menemani sepi ini, salah jika itu cuil jembatan tuk menyambung hari?..
                   ***
Â
Yogyakarta, 08 November 2015
Imam Muttaqin
Sebuah sajak menyambut rangkaian kegiatan Pilkada Serentak yang sudah mulai nampak di tepian jalan.
___________________________________
sumber ilustrasi foto | olah foto oleh penulisÂ
Silahkan saja menukil atau meng-copy-paste tulisan ini, namun dengan kerendahan hati wajib menyertakan nama penulis/pengarang (Imam Muttaqin) berikut sumber/link tulisan ini. Maturnuwun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI