Kurang stres itu tidak baik, terlalu stres juga tidak baik. Lantas apa yang baik? Yang sedang-sedang saja, begitulah lirik sebuah lagu. hehe.Â
Stres yang dialami Mei itu sama, soal kuliah. Tidak ada yang berbeda. Dia tetap kuliah. Dia tetap melakukan aktifitas sehari-hari. Tapi mengapa responnya berbeda?Kenapa stres yang sama berbeda pada setiap orang?Bahkan stres yang sama bisa direspon dengan reaksi yang beda pada orang yang sama pada waktu yang berbeda? Ternyata stres bukan satu-satu faktor alasan seseorang mengalami gangguan jiwa.Â
Martin Selegmen memeberikan beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Menurutnya kebahagiaan itu 50% berasal dari gen, 10% lingkungan (tingkat stres), dan 40% berasal dari respon kita.
Stres itu sendiri hanya menyumbang 10% saja. Ternyata faktor genetik menyumbang cukup besar faktor kebahagiaan. Sederhananya kita bahagia atau tidak bahagia itu adalah nasib. Tapi, apakah 50% itu isinya tidak  baik semua? Lantas bagaimana dengan yang 40%nya itu? Yang tidak bisa dirubah, biarkanlah.
Kembali ke permasalahan Mei!
Apa yang bisa kita lakukan?Â
Reaksi terhadap kesedihan itu bisa saja sangat keliru. Hal tersebut dapat menyebabkan kesedihan itu bergeser menjadi penderitaan, bahkan penderitaan yang berkepanjangan. Bukan kesedihannya yang jadi masalah, melainkan apa yang kita maknai dalam kesedihan itulah masalahnya.
Anggaplah kita bicara tentang sebuah kesedihan, bagaimana kita memandang kesedihan itu?Â
Ada dua cara pandang dalam kesedihan, yaitu "doing" dan "being". Doing adalah proses pikir yang biasa kita lakukan dalam sehari-hari. Ada keadaan yang kita inginkan, dan ada keadaan kita sekarang. Diantara keduanya ada pilihan untuk sedih dan tidak sedih, (gimana sudah mumet???)
Saya sedih! Kenapa saya sedih? Karena saya gagal. Karena saya tidak layak hidup di dunia ini. Apakah jawabannya membuat kesedihan itu hilang? Tidak, tidak sama sekali. Kenapa pertanyaan alasan sedih itu  tidak pernah terjawab? Kita berusaha menyelesaikan masalah, tapi kita terjebak dalam masalah.Â
Ada satu proses lagi dalam  "doing" , yaitu membicarakan soal masa depan, kita membayangkan dan merencanakan bagaimana menyelesaikan masalah itu sendiri. Sedih itu dirasakan sekarang atau masa depan?Â