Mohon tunggu...
masikun
masikun Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Usaha Bertani Mini

22 Juli 2021   19:21 Diperbarui: 22 Juli 2021   20:05 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life hack. Sumber ilustrasi: PEXELS/SeaReeds

Pernahkah membayangkan kamu punya rumah yang samping kanan-kiri, atas-bawah penuh dengan tanaman? Ada macam-macam sayur dan buah-buahan yang semuanya itu tersedia? Ini semua mungkin terjadi, mungkin juga tidak. 

Kalau kita hidup di desa yang benar-benar masih pedesaan kemungkinan besar hal itu dapat kita temui. Perlu cabe? Tinggal ke belakang rumah. Ingin makan mangga, tinggal petik di samping rumah. Ingin masak kangkung? Tinggal petik di belakang rumah. Apalagi? Ayam? Ikan? Semuanya tersedia. *Ketika musimnya tiba.

Hal itu tentu saja akan berbeda ceritanya jika kita hidup di tempat yang kanan-kiri kita beton. Tembok samping rumah sekaligus tembok rumah tetangga. Depan rumah berdampingan dengan selokan jalan. Punya halaman habis dijadikan garasi. Jadi bagaimana dong? Kang sayur adalah kunci. Perlu apa? Panggil kang sayur dijamin ready stok lengkap dengan bumbu gosip. upsss! Candaaaa!

Suatu hari aku sedang berjalan-jalan pagi berkeliling komplek. Setiap minggu pagi aku memang rutin jalan pagi. Menikmati sejuknya udara pagi. Apalagi di masa pandemi seperti ini. Orang bilang kita harus banyak mandi matahari pagi untuk memperkuat imun tubuh. Tak jauh dari rumah aku bertemu dengan salah satu tetangga. Kami  memang sebelumnya sering bertemu ketika jalan pagi sepeti ini. Biasanya kami banyak ngobrol juga. Begitu juga kali ini. Sepertinya dia akan mengajaku ngobrol serius.

"Mas, sampean pernah dengan soal urban farming nggak?" 

"Hem, sepertinya tidak asing."

Benar saja. Dia rupa-rupanya sedang punya keinginan untuk mencoba urban farming di rumahnya. Menurutnya lingkungan perkotaan seperti di komplek kami ini perlu dicoba untuk diterapkannya urban farming. Ia melihat ada potensi besar dibalik urban farming. Lagipula ada program kerja lingkungan tentang Rumah Pangan Lestari yang mana program itu menekankan pemanfaatan lahan sekitar rumah untuk ditanami sayur, buah, ataupun tanaman obat keluarga. Wah, mulia sekali memang tetanggaku yang satu ini.

"Sampean serius?"

"Iya kita coba, bagaimana?" Dia balik nanya.

Tentu saja sebagai teman sekaligus tetangga yang baik aku mendukunngnya tanpa ragu.  

"Jadi apa yang harus aku lakukan nih?"
"Ya tentu saja pertama niat. Itu wajib."

Soal tanam-menanam ini memang proyek yang bakal berkepanjangan. Perlu niat dan komitmen. Menjadikan lingkungan rumah penuh sayur-sayuran dan buah-buahan tentu bukan perkara mudah. Perlu waktu, tenaga, tentu saja uang. Ada beberapa hal yang musti kita pikirkan. Apa saja itu?

1. Media Tanam

Media tanam sangat penting. Mau pakai tanah atau air? Pot atau polybag? 

2. Jenis Tanaman

Tentu saja ini juga tak kalah penting. Bagaimana mau bertanam kalau tak ada tanamannya? Usahakan pilihlah tanaman yang umur panen pendek. Misalnya, kangkung, cabe, atau tomat. Kalau mau buah-buahan usakan yang hasil sambung, okulasi, ataupun cangkok. Jangan yang dari biji, itu sangat memakan tempat dan waktu. 

3. Perawatan

Nah, jangan sampai punya tanaman tapi tidak dirawat. Belajarlah tanggung jawab. Ini sangat penting. Disinilah sisi menariknya bertanam. Pernahkah kita benar-benar perhatikan proses selama bertanam? Dari menyemai sampai panen? Mulai sekarang cobalah untuk memperhatikan itu. Menyengkan banget, sumpah. Kita jadi tahu perkembangan tanaman kita. Kita juga bisa memonitor tanaman, juga tentu saja menjaga kebersihan. INGAT! Tanaman kita itu di sekitar rumah. Jadi, jangan sampai tanaman kita jadi rumah buat nyamuk apalagi ular. Maka kebersihan wajib hukumnya.

4. Pemupukan

Tanaman juga perlu nutrisi, jangan lupakan itu. Nutrisi itu bisa berasal dari pupuk alami ataupun buatan. Kalau sekala rumahan bisa saja dari alami dan mudah dipakai. Apa itu? Air cucian beras. Kalau kamu punya tanaman cobalah dari sekarang jangan buang air cucian berasmu. Siramkan ke tanamanmu, dan kamu akan lihat hasilnya.

Sekianlah. Capek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun