"Kuliah Pertanian? Mau jadi apa? Nyangkul?"
Sejak memutuskan untuk melanjutkan sekolah tinggi jurusan pertanian selalu saja mendengar cuitan miring soal kuliah di Pertanian. Ya iyalah, namanya juga kuliahh pertanian. Coba kalau kuliahnya sastra, tentu saja cuitanya perihal sastra. Hadeh.
Meskipun sudah ada kampus sekelas IPB yang jelas-jelas mencantumkan kata -pertanian- tidak sepenuhnya merubah stigma (sebagian) masyarakat perihal kuliah di pertanian. Apalagi yang kuliah di kampus level menengah ke bawah? Habis kau!!!!
Saya salah satu orang yang mungkin tidak begitu dipusingkan perihal prospek setelah lulus kuliah, khusunya yang menyangkut bidangnya masing-masing.
Saya punya anggapan kuliah dimana saja, apa saja, asal intinya adalah proses belajar tentu saja tidak masalah. Mau kuliah di kampus ternama, jurusan ternamapun, kalau tak bisa belajar apa kabar? Apalagi di era yang masih mengedepankan orang dalam. Hmmm.
Bagi orang yang tak punya orang dalam macam saya barang tentu, mundur alon-alon. Untung saja salah satu keluarga saya selalu bilang "Sekolah mah sekolah saja. Kalau tujuanya buat cari kerja, sudahlah gak usah sekolah, kesini saja kerja." Terdengar naif, munafik barangkali. Tapi sedikit banyak ada benarnya juga. Hihihi.
Kembali menyoal perihal pertanian. Semua orang nampaknya setuju bahwa Indondesia adalah negara agraris. Dimana sektor pertanian menjadi mayoritas mata pencaharian warga negaranya. Tapi juga sering dengar berita impor beras, sampai daging hampir tiap tahun terjadi. Sudah kayak kegiatan wajib tahunan saja.
Apakah kurang produksi dalam negeri? Ahh untuk menjawab persoalan ini, tentu saja tak cukup dengan menjlenterehkan proses tanam sampai panen, bukan? Kita semua tahulah di negeri ini apa yang tidak dipolitisasi? Dipermainkan?
Tapi ya, kenyataannya memang kurang (sesuai dengan kajian diperkuat dengan berbagai data), dan keputusannya adalah impor. Apakah anak kuliah pertanian dijamin paham pola seperti ini? Belum tentu. Tidak ada mata kuliah macem ini. Padahal saya rasa ini sangat penting!!!! Sepenting dia untuku.............
Petani Indonesia kekurangan generasi?
Ya gimana gak kekurangan, wong baru masuk kuliah pertanian saja sudah di olok-olok. Makanya jangan heran lulusan pertanian malah banyak yang lari ke marketing, sampai perbankan.