"Sekalian isya tadi. Eh jadi kemana kita?"
"Yuk ikut." Diapun bangkit lalu berjalanan di depanku.
"Eh, beli minum dulu. Di mana ya? Sekalian check-in." Mataku mengarah ke papan informasi.
"Itu, kesana."
Kami berbalik arah. Bejalan beriringan begini dengan aku makai daypack, jaket, serasa jadi anak traveler. Ditambah dia juga makai jaket tebal. Kami terus mlipir. Ternyata stasiun ini gede ya. Hingga terlihatlah tulisan "Counter check-in." Untung saja mesin check-in lengang. Jadi kami tak perlu antre. Kalau urusan tiket keberangkatan adalah bagian dia, maka untuk kepulangan adalah bagianku. Jadilah aku yang harus mengurus semuanya. Termasuk cetak tiket.
"Ini tiketmu, kalo kupegang takut ilang."
"Halah sudah dasar. Pegang kamu aja. Belajar tanggungjawab." Aku tahu ini bukan saatnya ngobrolin hal serius. Aku melipat dua tiket ke dalam dompet.Â
"Duhh, jauh banget sih jalanya." Aku gak ngejawab. Gak perlu dijawab juga.
"Eh, mas, kita gak beli minum? Aku juga mau sekalian beli roti buat syarat minum obat nanti."
"Bisa. Ya udah sini saja." Sambil menunjuk Alfaexpress.
Dia sepertinya memerhatikan aku yang sedari tadi tidak minum air mineral. Aku mengambil dua botol air mineral. Dia membawa sebungkus roti.