Mohon tunggu...
masikun
masikun Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Aku Nggak Mau Buka Instagram Story"

16 Oktober 2019   17:09 Diperbarui: 16 Oktober 2019   17:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gak Mau Buka ig Story Hari Ini!" Tulis salah satu teman di twitter. Awalnya saya tidak paham maksud dari tweet tersebut. Setelah qw buka story. uPZzZZttt. Pantas! Ternyata hari ini ada wisuda. Lah emang apa yang salah?

Jadi begini.... lah kok sudah jadi aja ish.

Moment wisuda adalah moment yang begitu dinanti oleh siapapun. Silakan bagi mahasiswa yang tidak ingin adanya wisuda, pasti tetap saja ada anggota keluarga yang menginginkan dirimu ada di posisi itu. Trust me! 

Apapun alasannya perjalanan kuliah itu tidaklah seperti di FTV. Ngampus. Nongkrong. Gak sengaja senggolan. Jadian. Satunya pura-pura hidup miskin. Ah cuman ada di FTV memang. 

Kenyataanya dunia perkuliahan sangatlah pelik. Mulai dari tugas. Praktikum. Laporan. Revisi. Segala hal yang berbau akademik sudah lebih dari cukup membuat otak mendidih. 

Belum lagi di luar dari semua itu. Entah yang kuliah-rapatlah. Sibuk organisasilah. Sibuk komunitaslah. Mencari dana usaha yang menjemukanlah. Mencari kerja sampinganlah. Sampai harus merasakan kondisi keluarga yang boleh dikatan broken home. Apalagi yang hobi pacaran putus-nyambung. Hadeh-hadeh. Yangyangan terosss!

Kembali ke Wisuda ya gessss. 

Sayang sekali moment wisuda yang teramat membahagiakan itu ternyata tetap memberi celah untuk menuai luka. Canda tawa nan bahagia itu memang akan senantiasa bersama dengan duka. Bahkan di balik tawa itu sendiri. 

Seperti hari ini aku melihat banyak orang bersuka cita merayakan akhir perjuangan yang teramat berliku. Lengkap dengan segala romantika di dalamnya. 

Saat sedang asik berfoto bersama, tiba-tiba saja ada yang nyeletuk "Aku jadi gak ingin wisuda." 

Seketika orang-orang yang berada di sekitarnya tertegun. Bukan apa. Kebanyakan yang di sekitar dia adalah para mahasiswa semester dua digit yang entah kapan akan mengakhiri segala drama ini. 

Bahkan ada yang menjawab "Wah sombong nih, yang wisuda mah bilang kagak mau, lahh kita ini kek gimana?" Mereka pun kembali tertawa bersama. Persahabatan memang luar biasa. Mampu meredam apapun. Bahkan harus meredam rasa sakit datang ke wisuda sambil menahan asa di balik pertaanyaan "Kamu kapan?" 

Perjalanan menuju wisuda itu memang apa banget dechhhh. Serius. 

Selesai ratusan SKS. Melewati semester demi semester bisa jadi berjalan lancar tanpa aral melintang. Tapi ketika bertemu dengan apa yang dinamakan skripsi, mampus deh lo dikoyak. 

Bukan menakuti. Sebenarnya juga memang tidak menakutkan. Tapi ya itu dehh. Selalu ada drama. Mulai dari pengajuan judul yang berkali-kali ditolak. Proposal yang dicoret habis-habisan. Sampai penelitian yang gagal. Menggarap hasil yang tak kunjung menemui hasil. Dosenya ngilang-ngilang. 

Dari semua hal itu yang paling membuat down adalah supporting system, orang-orang di balik itu semua. Apapun masalahmu jika masih ada telinga untuk mendengar keluh kesah kita, menemani saat-saat tersulit kita bisa jadi adalah penolong. 

Tapi celaka bagi mereka yang 'tertinggal'. Saat itulah saat terberat. Melihat teman-teman sudah di tahap yang jauh di depan dan kita masih jauh dibelakang. Mau ngejar gak bisa. Jangankan mengejar. Untuk bergerak saja begitu berat. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, berlalu tanpa terasa. Diri semakin tertinggal jauh. Teman-teman semakin tiada. 

Yha, hari ini aku melihat dua pemandangan dari satu peristiwa yang luar biasa. Senang atas segala pencapaian teman-teman. Sekaligus bersedih melihat teman-teman yang lain harus mengurung diri demi tak melihat teman yang lainnya menapaki jenjangnya. Bahkan sampai tak ingin melihat story yang isinya wisuda. Tentu saja itu gak masalah. Tapi, mau sampai kapan? Mau sampai kapan menghukum diri dengan sekejam itu.

Semua sudah ada waktunya masing-masing. Bukan cepat atau lambat, jika kita tak melakukan apa-apa. Setiap orang akan punya cerita hidup yang juga masing-masing. Seandainya ini adalah perjalanan maka nikmatilah perjalanan itu. 

Sebuah perjalanan pasti akan menemukan jalan yang berliku juga berbatu. Akan ada saatnya kita capek di perjalanan itu, kita mabuk perjalanan. Lantas melihat teman-teman sudah sampai di tujuan. Sedang perjalanan kita masih jauh. 

Tidak mengapa, bukankah semakin jauh jalan maka semakin banyak yang akan kita lihat? Kita semua tahu banyak orang yang menunggu kita sampai. Sudah sampai mana? Bersuka citalah. 

Semua itu tak lain adalah bentuk kepedulian mereka. Bukan niat menjatuhkan. Itu hanya persepsimu saja. Sampai-sampai menghindar dari pertanyaan semua itu. Mereka bertanya semua itu hanya ingin memastikan selamat perjalanan kamu itu selamat.

At least; Yang lulus cepat, sudah dapat apa? Yang lulus lambat, sudah ngapain saja?

Selamat untuk teman-temanku. Kalian luar biasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun