Misalnya saja seperti the history of development dan the development in post-colonial societies yang akan saya ambil di semester ke dua. Di mata kuliah ini, saya melihat bagaimana tatanan ekonomi global melahirkan istilah negara berkembang dan negara maju dan bagaimana negara-negara great powers mendominasi diskursus global, serta melihat bagaimana proses pemiskinan berlangsung di berbagai negara.
Dengan mengetahui beberapa konsep hubungan internasional, saya lebih mudah mengikuti materi yang ada, karena memang pengantarnya sudah saya pelajari sebelumnya.Â
Seanjutnya, saya mengira mata kuliiah Communication and social movement akan dengan mudh saya ikuti karena saya sudah mempelajari beberapa teori dan studi kasus tentang gerakan social di beberapa negara.
Namun dugaan saya meleset, course ini cukup menantang karena ternyata gerakan yang dimaksud adalah gerakan dan reformasi media-media. Ini jelas lebih berkaitan dengan mata kuliah anak komunikasi. Saya agak kagok karena kurangnya bahan bacaan tentang media selama ini. Namun terlepas dari semua itu, saya bersyukur saya bisa lulus dua mata kuliah tersebut walau dengan nilai yang tidak tinggi.
Berkaca dari kuliah semester lalu, ada beberapa hal yang saya suka dari proses belajar mengajar di sini. Pertama, saya sangat suka dengan silabus yang lengkap, yang sudah memuat tugas, materi kuliah, jadwal dan juga beberapa kuliah umum di dalamnya.
Hal tersebut tentu memudahkan saya untuk mempersiapkan tugas-tugas kuliah dari jauh-jauh hari. Misalkan, mengumpulkan beberapa referensi buku, jurnal dan beberapa berita dari koran yang akan dijadikan sebagai bahan essay.Â
Ekspektasi dosen akan sebuah tugas sangat tinggi. Kita dituntu untuk membhat tugas yang tidak biasa. Artinya di dalamnya harus memuat sumber-sumber yang relevan dengan konteks, terbaru dan juga sebuah pemikiran kritis.
Kedua, saya selalu hormat dengan dosen-dosen yang responsive khususnya menjawab beberapa pertanyaan dan menyediakan kebutuhan kita, dan dosen-dosen di sini tak pernah membalas email saya lebih dari lima jam setelah saya mengirimnya. Jawaban-jawaban yang diberikan pun cukup membantu, dan jika dirasa kurang maka biasanya mereka akan mengajak bertemu langsung.Â
Selain itu, mereka juga berusaha memahami beberapa kesulitan yang dihadapi oleh mahasiwea internasional khusunya dalam hal bahasa Inggris. Oleh karena itu, dalam hal penilaian, grammar dan tata bahasa biasanya memiliki poin paling kecil. Mereka juga sering mensupport kita untuk berani berargumen walau tidak selancar mahasiwa-mahaiswa native.Â
Ketiga, kendati memiliki tingkat kesibukan yang padat, para professor tetap menjadikan proses mengajar sebagai prioritas. Walaupun mereka memiliki beberapa asisten, tetapi tugas asisten dosen bukan untuk mengajar melainkan membantu beberapa hal-hal praktis di kelas seperti membagikan beberapa kertas ke meja-meja, membagi kelompok diskusi dan juga ikut nimbrung dalam diskusi.Â
Hal ini sangat berbeda saya rasakan dengan pengalaman belajar sebelumnya, di mana dosen utama jarang sekali mengajar diakibatkan proyek yang begitu banyak, walhasil Asisten mereka menjadi pengganti. Saya tidak meragukan kapabilitas Asdos-asdos tersebut, hanya saja ketika membayar uang kilah, apa yang saya harapkan yaitu ilmu langsung dari ahlinya yaitu dosen-dosen yang sudah melakukan berbagai macam riset di bidang tersebut.