Mohon tunggu...
Nurhidayah Maghfirah
Nurhidayah Maghfirah Mohon Tunggu... Freelancer - Ingin menggapai mimpi

Menghayal adalah hobiku, untuk itu menulis adalah menghidupkan hayalanku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Manajemen Pembelajaran dengan Empat Pilar Pendidikan di Masa New Normal

8 Agustus 2020   15:54 Diperbarui: 8 Agustus 2020   17:56 2781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerapan Manajemen Pembelajaran Dengan Empat Pilar Pendidikan di Masa New Normal, source: Pixabay 

Virus corona atau lebih sering disebut dengan Covid-19, bukanlah hal yang asing ditelinga masyarakat dunia. Virus yang mulai tersebar dari bulan Desember tahun 2019 di negara China, sampai sekarang masih tersebar hampir di seluruh penjuru dunia dan dampak dari wabah tersebut mempengaruhi dunia pendidikan.

Perubahan secara mendadak dari manajemen pembelajaran, yang awalnya menggunakan manajemen pembelajaran secara bertatap muka menjadi manajemen pembelajaran dengan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang mana pembelajarannya menggunakan platform penunjang PJJ, demi memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Hal ini telah berlangsung selama kurang lebih 4 bulan.

Pembelajaran yang mulanya tatap muka diganti menjadi tatap layar, tetapi hal demikan menjadi dampak positif dari pandemi Covid-19 karena memanfaatkan teknologi sehingga membuat para pendidik menjadi kreatif dalam menjalankan pembelajaran dengan menggunakan teknologi, seluruh peserta didik dan pendidik bertemu dibatasi oleh layar serta jaringan internet dalam artian kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan di rumah masing-masing. Proses pembelajaran ini mengharuskan orang tua ikut serta dalam KBM untuk menggantikan peran guru di sekolah selama pembelajaran daring yang di lakukan dirumah.

Dampak negatif dari pembelajaran daring selama pandemi covid-19 sangat besar sekali, seperti menurunnya tingkat kedisiplinan para peserta didik dan berkurangnya minat untuk belajar. Karena ketidaksiapan dari pendidik, tenaga pendidik, peserta didik dan orangtua untuk menjalankan pembelajaran yang berubah secara drastis dan kurangnya manajemen pembelajaran dari pihak sekolah untuk mengatur jalannya PJJ secara efektif dan efisien.

Demikian adanya dampak positif dan negatif dari covid-19 ini maka pemerintah RI mengadakan skenario new normal, di masyarakat dapat beraktifitas diluar rumah tetapi harus mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Begitu juga di dunia pendidikan, beberapa sekolah telah merencanakan pembelajaran secara luring. Tetapi, pihak sekolah tidak boleh memaksakan peserta didik untuk mengikuti KBM di kelas secara tatap muka karena masih ada kekhawatiran orang tua/wali murid dengan adanya wabah covid-19 sehingga KBM dapat dijalankan dirumah secara daring. Jadi, manajemen pembelajaran ini disebut dengan blended yang dapat diartikan sebagai pembelajaran secara luring dan daring.

Meskipun ada rencana manajemen pembelajaran dari sekolah seperti yang disebutkan sebelumnya tetapi dikhawatirkan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena ketidaksiapan para pendidik menjalankan pembelajaran jarak jauh menggunakan daring. Seperti sebelumnya ketika pembelajaran selama wabah covid-19, guru hanya memberikan tugas rumah setiap pertemuan dalam daring.

Jadi, dikhawatirkan pembelajaran seperti itu akan terus berjalan selama new normal. Hal tersebut tidak sesuai dengan empat pilar pendidikan yang telah digagas oleh UNESCO yang terdiri dari learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk melakukan), learning to be (belajar untuk menjadi sesuatu) dan learning to live together (belajar untuk bersama). Padahal manajemen pembelajaran di Indonesia bisa menerapkan empat pilar pendidikan tersebut. Karena demi memajukan pendidikan di Indonesia sangat dibutuhkan dorongan dari semua pihak dan menjadi tanggung jawab bersama sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Oleh karena itu, manajemen pembelajaran di Indonesia sangat membutuhkan empat pilar pindidikan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan dapat melahirkan individu yang berkualitas serta memiliki daya saing.

Sekarang Indonesia lagi di tahap new normal, yang mana setiap orang diperbolehkan melakukan aktivitas di luar rumah tetapi tetap menjaga dan menjalankan sesuai protokol kesehatan. Hal ini menjelaskan bahwa sekolah di buka tetapi peserta didik tetap dibatasi dan dikhawatirkan pembelajaran yang selama era covid-19 tersebut terulang kembali. Untuk itu manajemen pembelajaran memang harus berkaitan dengan empat pilar pendidikan. Karena secara garis besarnya empat pilar pendidikan ini dapat membentuk suatu generasi menjadi memiliki keterampilan yang unggul serta mampu bersaing di dunia kerja abad 21 yang memerlukan sumber daya manusia cerdas dalam memecahkan masalah, ketangguhan, motivasi berprestasi, mengendalikan, bekerja sama, prakarsa orang yang tidak perlu disuruh, kepercayaan diri, serta menjaga etika.

Pilar pendidikan yang pertama yakni learning to know memiliki arti belajar untuk mengetahui, menjelaskan bahwa peserta didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Guru tetap mengajarkan tetapi juga berperan menjadi fasilitator serta mengarahkannya hal demikian bertujuan untuk memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar yang sempat jenuh pada diri peserta didik.

Jika dikaitkan dengan manajemen pembelajaran selama new normal maka seorang guru perlu perencanaan terdahulu sebelum mengarahkan. Perencanaan seperti mengurangi waktu pembelajaran selama daring maupun luring dan lebih mengarahkan peserta didik untuk belajar di lingkungan sekitar, pengorganisasiannya bekerjasama dengan orang tua atau wali murid, pengarahannya dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi sebentar dan peserta didik menjalankannya, selanjutnya guru bisa menilai apakah pembelajaran dengan lingkungan peserta didik bisa memicu semangat belajar peserta didik atau tidak dan sebagainya.

Learning to know juga bermakna belajar sepanjang hayat (life long education) karena mengajarkan untuk belajar dimana saja dan kapan saja walaupun diluar sekolah maupun tidak dinilai sekalipun selama kita masih hidup. Untuk itu mendidik serta mengembangkan diri sendiri itu merupakan hal yang wajar karena kodrati manusia.

Learning to do jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah belajar untuk melakukan. Jadi, dalam pilar ini peserta didik harus berinteraksi dan melakukan serta menerapkan ilmu yang telah didapatkan. Learning to do ini sangat berkaitan dengan hard skill dan soft skill yang dibutuhkan dalam bidang pendidikan. Jadi, para peserta didik dituntut untuk memiliki kedua skill tersebut. Karena pendidikan memiliki peran penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan demi proses persiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berguna bagi bangsa dan negara.

Learning to do berkaitan dengan pilar kesatu karena setelah peserta didik mengetahui dan mendapatkan ilmu secara mandiri maka peserta didik haruslah menerapkannya serta melakukan sesuai apa yang mereka ketahui, karena hal demikian dapat menumbuhkan hard skill dan soft skill dalam diri mereka.

Pilar ini jika dihubungkan dengan manajemen pembelajaran daring selama new normal yaitu pendidik dapat menyusun jadwal pembelajaran yang dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik dan pendidiknya selama new normal karena pentingnya sikap disiplin dalam kehidupan baik sekarang ataupun dimasa yang akan datang.

Kegiatan pendisiplinan dalam proses pembelajaran luring dapat dilakukan dengan cara pemberitahuan kepada seluruh peserta didik untuk mematuhi protokol kesehatan yang berlaku ketika pergi kesekolah seperti membawa hand sanitizer dan selalu menggunakan masker atau face shield dan daring kegiatan pendisiplinan pendidikan memberikan materi ajar kepada siswa sesuai dengan jadwal yang ditentukan karena kedisiplinan dari pendidik juga memengaruhi kedisiplinan peserta didik.

Pilar ketiga ialah Learning to be jika diartikan berarti belajar untuk menjadi sesuatu. Dalam pilar ini para pendidik bertugas untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan para peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Sebagai pendidik sudah seharusnya memiliki metode pembelajaran yang kreatif agar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan tujuan peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

Jadi, dalam pilar ketiga ini peserta didik tidak dituntut untuk aktif tetapi dapat mengkreasikan diri dengan cara mereka sendiri dalam mengembangkan potensi yang ia miliki agar menjadi pribadi yang bertaqwa, cerdas, dan terampil, serta berguna bagi orang lain. Jika dikaitkan dengan manajemen pembelajaran daring selama new normal pendidik dapat merencanakan proses pembelajaran yang unik.

Misalnya selama daring pendidik bisa memberikan tugas atau materi ajar secara online dengan sesuai hard skill dan soft skill masing-masing peserta didik, dengan demikian membuat peserta didik menjadi diri sendiri dan memahami kebutuhan serta jati dirinya.

Pilar pendidikan yang terakhir ialah pilar learning to live together jika diartikan dalam bahasa Indonesia ialah belajar untuk hidup bersama, pilar ini lebih kepada menanamkan kesadaran kepada peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. Jadi, mereka harus mampu hidup bersama.

Misalnya saja selama new normal ini yang mana pembelajaran dilakukan selama daring sehingga membuat pendidik untuk berkreasi dalam menyampaikan materi. Guru bisa merencanakan agar peserta didik bisa saling diskusi serta mengomentari suatu masalah yang diangkat oleh guru, guru sebagai pengarah tetap memperhatikan dan memberikan arahan kepada peserta didik untuk saling menghormati apapun yang disampaikan sesama peserta didik dan membuat peserta didik menyadari bahwa mereka saling berbeda.

Apalagi di daring tidak bisa saling menatap secara nyata, khususnya pengguna platfrom yang hanya berbasis ketikan seperti whatsapp group, ketika pendapat yang disampaikan melalui pesan bisa jadi masing-masing orang juga yang menentukan bagaimana mereka membacanya dan bisa menyebabkan kesalah pahaman. Hal yang demikian menjadi tugas pendidik untuk memberikan arahan kepada peserta didik. Dan bisa juga membuat tugas untuk peserta didik mengamati sekitar rumahnya tentang perbedaan dan berikan mereka tugas minimal dua kali membantu tetangganya, serta tetap diajarkan tata krama berbicara kepada orang lain secara lisan maupun tulisan.

Tujuannya membiasakan peserta didik dalam membantu masyarakat sekitar dan memberikan mereka pengetahuan yang luas tentang toleransi, hidup bersama serta membiasakan perbedaan pendapat sehingga guru bisa mengevaluasi bagaimana peserta didik tersebut menyelesaikan masalahanya.

Pada intinya, kesuksesan peserta didik di pengaruhi besar dengan pendidik dan metode pembelajarannya, karena sampai saat ini pendidik masih dianggap menjadi pusat informasi utama ilmu peserta didik. Maka menerapkan empat pilar pendidikan dalam manajemen pembelajarannya dapat mengubah hal tersebut, karena empat pilar pendidikan peserta didik dapat mencari ilmu sendiri, menerapkannya lalu tumbuhlah hardskill dan softskillnya dan membuat mereka belajar dengan sesama. Untuk itu, guru dituntut menjadi lebih kreatif dalam membuat metode pembelajaran.

Penulis: Mashitho Nurhidayah dan Mardiyana Kelompok KKN-DR 108 Mahasiswa IAIN SAMARINDA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun