Mohon tunggu...
bambang heryanto
bambang heryanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pena lebih tajam daripada pedang. Namun tidak banyak orang yang mampu menulis. Blogging merupakan sarana efektif untuk belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman Mantan Perokok

11 Maret 2010   14:09 Diperbarui: 4 April 2017   17:46 18312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang bilang merokok adalah kebiasaan. Namun saya katakan merokok adalah kecanduan; bukan sekedar kebiasaan. Kebiasaan akan sangat mudah dirubah namun apabila kecanduan amat sulit untuk merubahnya.
Dan memang benar. Ilmu pengetahuan jaman sekarang bisa menjelaskan bahwa nikotin termasuk salah satu zat addiktif yang berbahaya. Zat addiktif sendiri adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat menyebabkan  ketergantungan (addicted) yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus. Apabila kita merusaha menghentikan pemakaiannya dapat memberi efek lemas atau rasa sakit luar biasa.
Sebagaimana kita ketahui, zat addiktif dalam rokok adalah nikotin. Nikotin akan merangsang otak untuk memproduksi zat bernama endorphin. Struktur kimia Endorphin tidaklah jauh berbeda dengan  morphin.
Saya merokok sejak masih SMA. Dan ini berjalan  sampai lulus kuliah, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Total ada 10 tahun terus-menerus saya merokok.
Banyak teman SMA serta teman kuliah apabila bertemu suka bertanya " Masih merokok apa tidak?". Hal ini disebabkan oleh karena saya dulu cukup kuat merokok sehingga barangkali mereka tidak membayangkan bahwa pada akhirnya saya bisa berhenti merokok.
Banyak merk rokok yang sudah pernah saya coba dalam waktu lama. Djarum 3 (saat itu ada rokok kretek keluaran Djarum yang 1 bungkusnya hanya berisi 3 batang), Djarum 5, Djarum D, Djarum filter, Bentoel Biru, Bentoel Kretek yang berisi 20 batang. Namun yang akhirnya menjadi pilihan terakhir saya adalah Gudang Garam Filter.
Sehari saya menghabiskan 2 bungkus rokok. Saya sehari menghabiskan 1 bungkus Gudang Garam Filter isi 16 dan isi 12. Saat itu harganya 650 rupiah untuk isi 16 batang dan 350 rupiah  untuk yang berisi 12 batang.
Kalau saya melihat-lihat album foto lama saya, tak satupun dari foto saya yang tidak memegang rokok. Tentu selain pas foto..he..he
Sejak pertama kali mengenal rokok saya sudah mencoba berhenti. Namun ternyata tidak mudah. Apa yang saya rasakan ternyata tidak sama dengan perokok yang lain. Para perokok selalu mengatakan mulutnya kecut kalau tidak merokok. Saya tidak merasakan hal seperti itu. Hanya saja saya merasa sesak napas kalau tidak merokok.
Para perokok mengatakan pilih rokok daripada makan. Namun saya tidak pernah merasakan nikmatnya merokok saat perut kosong. Saat perut kosong asap rokok akan membuat perut saya perih. Namun rasa perih ini saya tahan karena apabila tidak merokok dada saya sesak, badan lemas entah kenapa. Padahal  saya bukan pengidap asma
Sering saya mencoba berhenti merokok. Bahkan sangat sering. Saat itu saya tidak bisa mengurangi karena entah mengapa setiap kali saya berniat mengurangi rokok, justru yang saya hisap malah lebih banyak dari biasanya!
Pernah saya bertahan tidak merokok hampir sehari. Namun pada jam 21.00 pertahanan saya jebol juga. saya melanggar niat berhenti merokok itu dan mengisap sebatang. Namun karena sudah tidak merokok selama hampir sehari rasa rokok itu menjadi aneh. Habis sebatang  mulut menjadi terasa tidak enak dan dada terasa sesak. Untuk menghilangkan rasa sesak dan tidak enak itu terpaksa saya merokok lagi. Ternyata masih tidak enak. Merokok lagi dan pada rokok yang ke 4 saya merasa enak. Rokoknya terasa enak dan ada tidak sesak lagi.
Ternyata hal tersebut menunjukkan saya sudah kecanduan. Karena sebagai zat addiktif nikotin memberikan 2 efek yaitu psikologis memberi rasa tenang  serta fisiologis dimana nikotin merangsang sistem saraf sehingga kita merasa nyaman yang mendorong kita untuk terus mencari rasa nyaman tersebut. Dan ternyata efek nikotin berbanding lurus dengan dosis yang digunakan. Apabila pada mulanya kita sudah merasa nyaman dengan nikotin dari sebatang rokok, pada akhirnya dosis tersebut akan mencapai titik jenuh. Nikotin dari sebatang rokok tidak mampu lagi memberi rasa nyaman sehingga harus ditingkatkan menjadi 2 batang, begitu seterusnya. Itulah mengapa pada kasus saya rasa tidak enak itu baru hilang setelah saya menghabiskan 4 batang rokok tanpa henti karena ternyata dosis nyaman saya adalah setara dengan nikotin dari 4 batang rokok. Namun penjelasan ini baru saya ketahui puluhan tahun setelah saya berhenti merokok, tepatnya saat saya update tulisan ini!
Beberapa kali saya sempat berhenti merokok selama beberapa hari. Paling lama 3 minggu. Namun setiap kali saya tergoda dan setiap kali rokok pertama yang saya isap rasanya tidak enak. Untuk menetralisir rasa sesak dan tidak enak tersebut saya harus merokok terus
Saya benar-benar ingin berhenti merokok namun tetap tidak bisa. Kadang saya berkhayal " Seandainya saja merokok dilarang oleh negara tentu saya tidak semenderita ini"
Saya mencoba juga menggunakan pipa berfilter. Pipa tersebut menyaring nikotin. Namun karena merasa tidak enak akhirnya filter tersebut saya buang. Jadinya merokok seperti biasa
Bersama teman-teman satu kost kami juga pernah mencoba untuk bersama-sama berhenti merokok. Kami buat aturan. Barang siapa yang kedapatan merokok akan didenda 50 rupiah. Saat itu dengan uang 100 rupiah kita bisa memperoleh 3 batang rokok Gudang Garam Filter.  Karena ada sangsi maka kami berusaha sekuat tenaga untuk menghindari merokok, namun tetap tidak bisa. Secara sembunyi-sembunyi kami mencuri merokok sementara lainnya berusaha "menangkap" teman yang merokok.  Akhirnya hanya dalam waktu seminggu terkumpul uang denda cukup banyak. Akhir cerita bisa ditebak. Atas kesepakatan bersama uang denda itu kami belikan rokok dan kami nikmati bersama
Bubarlah "koalisi" anti rokok ini
Niat berhenti merokok saya semakin kuat saat saya harus mempertimbangkan untuk merantau setelah lulus kuliah. Dan niat itu tercapai pada akhir tahun 1988
Saat itu tanggal 31 Desember 1988. Malam tahun baru. Tiba-tiba saja terbersit dalam pikiran saya bahwa momen tahun baru ini adalah saat yang sangat tepat bagi saya untuk berhenti merokok.
Akhirnya saya membeli 3 bungkus rokok. saya bulatkan niat saya untuk berhenti merokok. Saya akan merokok untuk yang terakhir kalinya dan di tahun baru, 1 Januari 1989 saya tidak akan merokok lagi.
Saya punya pengalaman berhenti merokok selama beberapa hari namun kambuh lagi karena saya mau berkompromi, mencoba merokok lagi dengan anggapan karena sudah berhenti maka tidak akan ada keinginan untuk merokok lagi. Namun ternyata gagal. Maka kali ini saya berencana tidak akan berkompromi
Dan benar. Saya merokok 3 bungkus sampai dini hari. Saya harus habiskan rokok terakhir saya. Dini hari saya tidur setelah rokok saya habis
Esoknya saya bangun dengan rasa seperti biasa saya rasakan setiap kali berhenti merokok yakni sesak napas dan lemas. Terlebih saat itu saya ingat bahwa ini adalah hari pertama janji saya untuk berhenti merokok membuat sesak napas dan lemas saya semakin terasa
Saya benar-benar sudah bulatkan tekad saya. Saat keinginan merokok itu muncul saya tidak melawan dengan cara yang biasa orang ajarkan yakni makan permen tetapi saya ganti dengan makan apa saja, nasi, jajan atau yang lain. Setiap kali ada rasa ingin merokok maka saya makan. Namun kalau perasaan itu sangat kuat maka saya mandi keramas. Tetapi kalau sudah tidak tertahan lagi saya kemudian mencoba tidur
Sangat berat  dan menyakitkan karena saya menghentikan kebiasaan merokok ini secara tiba-tiba. Sebagaimana saya sampaikan, saya tidak bisa mengurangi karena apabila saya coba kurangi, yang terjadi adalah rokok yang saya konsumsi justru menjadi lebih banyak.
Kebiasaan merokok membuat otak kita akhirnya terbiasa dengan "asupan" nikotin. Syaraf sudah terbiasa dengan nikotin. Saat berhenti merokok secara tiba-tiba otak masih belum mampu menerima hal tersebut. Otak masih menyimpan rekaman tentang keberadaan nikotin dalam tubuh sehingga reaksinya sama dengan keadaan saat nikotin masih berada dalam tubuh.
Selama masa "perjuangan" tersebut saya tidak keluar rumah sama sekali. Saya juga tidak mau menemui orang, khususnya teman-teman saya. Saya betul-betul di rumah dan kegiatan saya adalah: makan dan makan, mandi, tidur. "Beruntung" saat itu saya baru berhenti bekerja (saat itu saya berwirausaha) sehingga saya bisa mengurung diri di rumah
Dalam waktu singkat bobot saya naik 5 kg, bahkan 8 kg. Siksaan sesak dan lemas makin lama makin berkurang sekalipun tidak sama sekali hilang. Namun karena dari pengalaman setiap kali saya coba-coba merokok lagi akan berakhir dengan ketagihan maka saya tidak mau lagi coba-coba
Sampai sekarang ini sudah 21 tahun saya tidak merokok. Keinginan merokok itu kadang masih muncul bahkan kadang muncul dalam mimpi saya. Bahkan dalam mimpipun saya sering merasa menyesal telah merokok lagi. Untung itu hanya dalam mimpi. Saya tidak mau coba-coba lagi karena saya tahu apabila saya coba-coba lagi akibatnya akan keterusan
Berhenti merokok bukanlah persoalan mudah. Itulah sebabnya menurut penelitian hanya 3% perokok yang mampu berhenti total merokok
Satu informasi penting yang layak dipertimbangkan bagi para perokok untuk segera menghentikan kebiasaan merokoknya adalah bahwa merokok dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah arteri. Dan salah satu fungsi pembulub darah adalah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Rusaknya pembuluh darah ini membuat perokok, sekalipun sudah berhenti merokok, rentan terhadap serangan jantung dan stroke. Barangkali itu pula yang membuat sampai sekarang saya masih suka sesak napas
Pengalaman saya ini mudah-mudahan berguna bagi anda yang mempunyai anak, saudara atau suami perokok yang sampai sekarang belum bisa berhenti merokok. Berhenti merokok bukanlah persoalan mudah. berhenti merokok itu sangat sulit dan sangat berat namun apabila kita punya niat yang sangat kuat maka kita akan bisa menghentikannya.
Bantulah anak, saudara, suami atau isteri ataupun diri anda sendiri dengan memahami bahwa merokok adalah kecanduan, bukan sekedar kebiasaan yang dengan mudah bisa dihentikan seperti membalik telapak tangan. Namun sekalipun kecanduan bukan berarti tidak bisa dihentikan
Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun