Sektor industri asuransi yang selalu mendapatkan dampak positif atas pertumbuhan dari sektor lainnya membawa mindset baru bagi peta jalan revolusi industri asuransi ke depannya sehingga dampaknya terukur, minimal terlihat dari data pertumbuhan industri. Bahwa adanya penggunaan teknologi pada industri asuransi nantinya menjadi variable baru yang mempengaruhi pertumbuhan ke depan, tidak lagi sekadar hanya perpindahan jalur distribusi saja.
Salah satu contoh isu yang belum berujung adalah pengaturan produk asuransi kendaraan dan kebakaran oleh OJK. Di mana saat ramainya geliat kemunculan beragam insurtech beberapa tahun terakhir, muara kompetisi untuk kedua produk tersebut selalu sama yaitu biaya akuisisi. Sehingga adanya insurtech pun juga sekedar meramaikan keriuhan, disruption insurtech bagi industri asuransi seakan disederhanakan pada pola cara yang berbeda saja dalam jalur distribusi namun jauh dari semangat Revolusi Industri 4.0 atas sisi produktvitas dan efisiensi. Ini menjadi tantangan bagi seluruh insan praktisi asuransi yang concern akan pertumbuhan asuransi ke depannya, bagaimana dampak disrupsi teknologi ini mampu menjadikan asuransi lebih punya nilai, bermartabat dan memberikan dampak sosial serta sekaligus ekonomi nasional.
Dari tulisan di atas menyiratkan bagaimana positioning asuransi di antara sektor usaha lainnya di negeri ini, selain menggambarkan lemahnya orientasi pengembangan industri asuransi jika dikaitkan dengan disrupsi teknologi. Contoh di asuransi umum pada produk asuransi kendaraan misalkan yang masih menjadi daya tarik penjualan oleh insurtech, masih sulit lepas dari sensitifitas seputar Price.
Perlu kajian kembali atas efektifitas peran regulator dalam mengatur penetapan tarif dan pengaruhnya dalam penjualan asuransi kendaraan sehingga dapat lebih menonjolkan sisi competitiveness product seperti produk lainnya yang dijual dalam menopang dampak positif insurtech. Hal ini karena Asuransi kendaraan bersama asuransi kebakaran merupakan penopang utama LOB di asuransi umum.
Penjualan asuransi kendaraan begitu massif oleh insurtech terus masuk ke berbagai jalur distribusi konvensional yang selama ini eksis dalam penjualan produk asuransi kendaraan. Perlu dihindari keberadaan insurtech hanya sekedar mendisrupsi jalur distribusi tanpa memberikan kontribusi pertumbuhan yang signifikan. Perusahaan yang mengandalkan Agen sebagai salah satu jalur distribusi tertua di perusahaan asuransi akan terkena dampak disrupsi ini.
Partisipasi Aktif Masyarakat
Perkembangan industri asuransi di dunia termasuk di Indonesia, sebagaimana dicatat Wikipedia, secara singkat terbagi menjadi 3 fase, yaitu: Era Kuno yang dimulai sejak 1750 SM, lalu ada Era Abad Pertengahan dimulai sejak abad ke-12 dan Era Modern yang dimulai sejak Abad ke-17 hingga saat ini. Ketiga era tersebut tentu bisa memiliki cerita yang mendalam dalam kemajuan setiap jamannya, namun penulis ingin melihat dari momentum berbeda atas hal ini. Penulis ingin mengenalkan konsep Asuransi 4.0 menandai kelanjutan tiga fase yang sudah ada dengan sejumlah ide gagasan yang mendasar untuk asuransi di kelanjutan era modern ini lebih berperan dalam berbagai bidang khusus nya terkait konsep insurtech.
Secara singkat melalui momentum Hari Asuransi 2020 yang dirayakan serba virtual menyesuaikan kondisi pandemik, tentu industri asuransi harus menentukan arah peta jalan besarnya. Kegelisahan yang penulis sampaikan di awal tulisan mengilhami untuk mendorong penggunaan insurtech ke depan lebih mengedepankan partisipasi masyarakat secara aktif, berkelanjutan dan masif.Â
Lebih lanjut dan lengkap dapat dibaca tulisan saya di tautan ini.
Artikel tersebut ditulis dalam rangka Bulan Menulis Asuransi untuk Hari Asuransi 2020.