Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Lebaran, Beda Indonesia Beda Aljazair

21 Agustus 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Esok paginya, tepat pukul 5.30 waktu setempat, ku dapati saudara-saudaraku para pekerja di proyek yang ikut salat ied di wisma duta sedang melanjutkan takbir dari semalam suntuk. Itulah takbiran semalam di negeri orang yang tidak melakukan takbir secara resmi di masjid-masjidnya. aku pun memimpin takbir pagi itu sebelum kami berangkat ke masjid agung bersama Pak Dubes Niam Salim. Subhanallah, suasana pagi yang sejuk dan cuaca cerah membuat takbir yang kami kumandangkan pagi itu benar-benar indah.

Tepat pukul setengah 7 pagi, kami berangkat ke masjid agung di tengah kota, dan sekitar 15 menit kami menembus jalanan lengang yang dikawal polisi dengan mobil CMD 1 24 berbendera merah putih, kami tiba di depan masjid dan langsung disambut metal detector untuk masuk ke masjid agung. Kulihat 2 dubes dari Afrika sudah datang lebih dulu sebelum kami. Kami pun langsung di persilahkan di depan sebelah kanan mimbar bersama para dubes yang sudah datang lebih dulu itu. Tak selang lama, para dubes negara lain pun mulai berdatangan silih berganti setelah kami.

Setelah kami datang, tak selang beberapa detik, para jamaah pun mulai mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dan tasbih. Namun takbir mereka tak seperti yang aku pikir selama ini, seperti di Indonesia lagi. Dengan lagu khas Aljazair, takbir mereka di awali dengan Allahu Akbar 3 X, La ilaha Illallah, subhanallah, walhamdulillah, walahaula walaquwwata illa billah, kembali ke Allahu Akbar, demikian seterusnya. Terasa aneh dan asing memang, tetapi Alhamdulillah itulah pengalaman lain dari Aljazair.

Setelah kami pelajari sesaat, aku pun mulai menikmati juga melantunkan takbiran ala Aljazair bersama para jamaah. Sementara aku tengok kanan kiri dan belakang kami untuk mengetahui bagaimana pengamana presiden jika salat bersama rakyatnya. Ternyata beda banget dengan di negeriku. Jika di Indonesia tak ada garis pembatas antara presiden dan rombongan dengan masyarakat saat solat, di Aljazair ada setidanya 3 shaf dikosongkan untuk pengamanan sambil beri garis pembatas.

Kami pun maklum soal ketatnya pengamanan presiden karena memang negeri ini negeri yang baru selesai dari konflik panjang tak berkesudahan. Ditambah lagi sejarah kelam soal kudeta yang sering terjadi di negeri kaya dan potensial di Afrika utara ini. Kami pun bertakbir sampai sekitar pukul 8 sampai presiden datang dan tak selang lama setelah itu, kami langsung mengelar salat ied dan dilanjutkan khutbah salat ied oleh imam besar masjid agung Aljazair.

Pengalaman baru pun kami dapati lagi. Saat kami bertakbir, kalau di Indonesia, yang mayoritas menganut mazhab Imam Syafii juga mengangkat tangan sebagaimana takbiratul ihram, di sini yang menganut mazhab imam Malik cukup hanya bertakbir. Ini pengalaman baru lagi, meskipun aku sudah maklum di sini banyak yang setelah takbir tak sendakep seperti di Indonesia dalam salatnya. Seperti yang aku dapati ketika salat jumat atau salat jamaah yaumiyah.

Setelah khutbah usai, kami pun berjajar untuk mengucapkan selamat iedul fitri kepada presiden yang diawali para menteri. Kami pun mendapat giliran ketiga setelah dubes dari daerah Afrika, ku pandang Bouteflika lalu kucium pipi kanan dan kirinya seperti orang Aljazair mengucakan salam sambil ku bisikkan 'iedun mubarak, taqobbalallahu minna waminkum, kullu aamin wa antum bikher dan ghafarallahu lana walakum. Dia pun pandangi saya lalu mengucapkan hal yang sama dalam pelukan kami beberapa detik itu.

Dengan pakaian batik dan peci khas indonesia sambil berkalung surban, aku langkahkan kaki meninggalkan sang presiden. Di tengah serbuan Jepretan kamera dan sorotan TV Algerie (satu-satunya TV resmi di Aljazair, semacam TVRI nya indonesia zaman orde baru) yang menguntit kami aku melangkah meninggalkan presiden untuk memberikan ucapan selamat yang sama kepada perdana menteri, Ou yahya, menteri senior Bilkhadem, dan para jajaran menteri kabinet serta pimpinan Senat dan Parlemen Aljazair.

Di luar masjid sambil menunggu mobil, aku pun bergumam, 'berapa detik lalu aku begitu dekat dengan orang yang sangat susah ditemui di negeri Afrika Utara ini. Aku bahkan berpelukan bagai anak dan bapak. Sebelumnya aku juga sudah bertemu Presiden Bouteflika saat penyerahan credencial Pak Dubes Niam Salim, namun kami hanya bersalaman biasa. Namun hari ini lain dan sepertinya sang presiden juga menikmati momen-momen indah ini.

Anganku semakin panjang, kepada Presiden Gus Dur, aku hanya bisa bersalaman dan cium tangan, kepada Presiden SBY juga hanya demikian, berjabat tangan. Kepada Presiden Habibi dan Presiden Megawati sama halnya, kepada Presiden Soeharto hanya bisa melihat dan menungguinya saat di rawat di RS Pertamina dan kepada Presiden Soekarno hanya bisa menziarahi di Blitar. Tapi di Aljazair, aku bisa merasakan degup jantungnya dan saling berucap doa.

Seusai acara resmi di Masjid Agung, kami pun langsung meluncur ke wisma duta, dimana telah menunggu WNI yang salat ied di sana dan tentu anak dan istri yang sudah miscal beberapa kali. Dan akhirnya, pagi itu kami melebur setiap salah ucap dan tingkah menjadi komitmen persaudaraan baru di negeri rantau. Kami berjajar untuk memberi ucapan selamat lebaran kepada pak dubes dan semua teman-teman staf di KBRI dan WNI di Aljazair. kami haturkan segala salah dan khilaf sembari iringan doa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun