Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Lebaran, Beda Indonesia Beda Aljazair

21 Agustus 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak sore itu, 18 Agustus 2012 kami sudah bahu membahu menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut malam iedul fitri. Malam yang ditunggu sebagian besar umat islam yang telah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Malam yang semalam suntuk disunnahkan bagi kita membaca takbir, tahlil, tahmid, tasbih serta salawat dan qiroatul qur'an.

Saya katakan sebagian besar karena ada juga yang sedih di tengah bahagia datangnya malam iedul fitri. Mereka adalah pada auliya dan sholihin karena ditinggal oleh hari-hari penuh rahmat, berkah, dan magfiroh dari Allah. Kebanyakan dari mereka selain senang memuji kebesaran Allah dengan takbir dan tahmid, juga bercucuran air mata dengan harap-harap cemas agar dapat bertemu dengan ramadan yang akan datang.

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya, andai saja ummatku tahu apa kelebihan dan keutamaan yang terdapat di dalam bulan ramadan, niscaya mereka akan meminta semua bulan itu menjadi bulan ramadan. Subhanallah, begitu besar dan begitu dahsyatnya bulan ini sampai bagi orang yang mengerti akan meminta semua bulan menjadi ramadan meskipun dengan risiko berpuasa, bangun malam dan kurang tidur.

Namun kemurahan Allah sudah datang, iedul fitri di depan mata. Kita hanya mampu menyiapkan diri agar atsar atau pengaruh ramadan merasuki segenap relung jiwa dan hati kita sehingga perangai orang-orang yang bertakwa menjadi identitas kita. Karena dengan cara itulah kita akan mendapat manfaat dari tarbiyah penyucian jiwa kolosal selama sebulan penuh. Itulah yang bisa kita lakukan selain ihtisaban atas semua yang telah kita lakukan selama bulan suci ramadan.

Setelah bulan sabit dan hilal itu muncul sebagai tanda bulan syawal telah tiba, kita hanya bisa berusaha untuk terus melakukan dan menjalani apa yang kita jalankan di bulan ramadan sampai bertemu ramadan yang akan datang. Bagi yang suka berpuasa, lanjutkan puasa 6 hari dari bulan syawal karena ganjarannya sangat luar biasa seperti puasa sepanjang masa. Setelah itu, berpuasa sunnahlah sebagaimana rasulullah, puasa senin-kamis dan puasa sunnah lainnya.

Bagi yang suka qiyamul lail, membaca alqur'an, tadabbur, dikr, rajin bersodaqoh, dan suka menolong orang lain serta amalan ibadah lainnya selama bulan ramadan, inilah saatnya konsistensi dan keistikomahan kita diuji. Apakah ramadan kita masih berbekas di bulan syawal-syakban atau ramadan hanya tinggal kenangan? semoga Allah jadikan kita orang-orang yang tak hanya bersedih ditinggal ramadan tetapi menjadikan bulan-bulan lain itu seperti ramadan, amin.

Setelah Azan magrib berkumandang, kami pun berbuka di rumah masing-masing. Namun hasrat bertakbir bersama sudah begitu mengelora di hati kami. Tepat setelah azan isya mendayu-dayu dari masjid Al Gazali, Hydra, kami pun bergegas ke masjid untuk salat isya berjamaah. Aku berfikir saat itu, suasana iedul fitri di Aljazair sama seperti di Indonesia. Namun apa yang aku dapati, setelah salat isya berjemaah usai, yang kalau di bulan ramadan dilanjutkan dengan salat taraweh, saat mala iedul fitri ini malah tak ada kegiatan.

Aku tunggu beberapa saat pun tak ada tanda takbir dan tahmid akan berkumandang. Ku datangi imam masjid untuk bertanya apakah ada takbiran sebagaimana di Indonesia? sang imam menjawab ada, tapi besok pagi setelah salat subuh dan menjelang salat iedul fitri. Saya jelaskan tradisi di Indonesia jika malam iedul fitri datang, kami seolah berlomba untuk saling  bertakbir mengagungkan nama Allah, bahkan ada yang sampai berkeliling kota sambil bertakbir.

Mendapat penjelasan saya itu, dia hanya bisa terkagum dan berdoa kapan bisa meniru Indonesia. Sebab di Aljazair memang tak umum bertakbir seperti di negeri kita, dimana antar masjid dan musalla seolah berlomba memuji dan mengagungkan asma Allah guna mendapat juara di hadapan ilahi rabbi. Satu pengalaman yang berharga memahami tradisi dan budaya orang lain. Setelah kupastikan tak ada kegitana, kugegaskan langkah ke wisma duta KBRI Alger.

Kami telah persiapkan bersama beberapa kegiatan untuk menyambut iedul fitri dengan serangkaian kegiatan mulai takbir bersama WNI sampai salat iedul fitri dan open hause serta makan lontong bersama. Ketika saya datang, beberapa teman dan sahabat saya baik pegawai KBRI Alger maupun beberapa pekerja dari Wika dan perusaan lain di Alger sudah bertakbir. Aku pun bertakbir bersama mereka. Mengenang saat-saat kami takbiran di musalla ponpes wali songo, pojok kota lumajang saat kami masih kecil.

Acara takbir bersama ini kami gelar sampai pagi hari, meskipun aku harus pamit setelah tausiyah tentang bagaimana kita berpisah dengan ramadan oleh Kiai Masrur. Aku pun pulang duluan bersama istri dan anak-anak malam itu untuk menyiapkan salat ied besok pagi dimana aku mendapat jatah mendampingi pak dubes salat ied di masjid agung bersama presiden Aljazair Abdelazis Bouteflika dan para pejabat negara. Terkelebatlah malam itu bayangku saat mengikuti salat ied bersama Presiden RI di Masjid Istiqlal Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun