Mohon tunggu...
HARI WIBOWO
HARI WIBOWO Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara P4TK Bahasa

Saya widyaiswara dan penulis aktif di P4TK Bahasa, Kemdikbud.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmatnya Ngopi di Lima Kota Budaya Ngopi (1)

9 Maret 2018   22:51 Diperbarui: 30 Mei 2018   06:53 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Manggar Belitung Timur

 Saat tiba di Kota Manggar saya merasa dikejutkan dengan sebuah tradisi kuno masyarakat setempat yang berduyun-duyun mendatangi warung kopi di malam hari. Mereka melepas lelah sehari bekerja di kolong atau tambang timah yang dulu sempat jadi primadona sumber daya alam daerah ini.

 Ya, memang masih ada sisa-sisa kejayaan PT Timah yang mengekplorasi bahan tambang  di Belitung ini. Tanah di sini sekarang terlihat jejak lubang-lubang galian yang tak terurus yang ditinggalkan para penggali tak bertanggung jawab Kembali ke warung kopi di Kota Manggar. Saya bersama kawan yang bertugas di Belitung Timur ini mencoba mampir ke warung kopi Ajun di seberang Hotel Guest. 

Warung itu sangat sederhana dengan meja kursi dari kayu. Kursinya hanya kursi panjang tanpa sandaran asli kayu dan mejanya juga meja panjang hanya ditaplaki karpet plastik. Gelas tempat wadah kopinya dari gelas kaca biasa yang kecil dengan tatakan dan tutup gelas dari plastik. Kopi yang disajikan di sini diseduh sekaligus, lalu disaring dan ditarik pada saat menuangkannya ke gelas-gelas penikmat kopi. 

Sekali tarik kopi yang disaring bisa empat sampai lima gelas. Saya perhatikan umumnya penikmat kopi memesan kopi "O" dan kopi susu. Tampak pramusaji sudah menyiapkan gelas-gelas kecilnya yang siap untuk diseduh dan dibubuhi susu kental. Sehingga saat penikmat kopi datang, pramusaji sigap menghampiri dan menawarkan kopi apa yang akan dipesan. Saat memesan kopi "O" dan kopi susu, dalam sekejap kopi panas pun tersaji. 

Saat menyeruput kopi dari gelas mungilnya, terasa sungguh nikmat dan berkelas. Apalagi sambil menyaksikan tayangan teve pertandingan sepak bola atau gulat. Seteguk demi seteguk kopi tak terasa telah habis tanpa sisa.

Kami pun membayarnya. Pramusaji menyerahkan uang kami kepada kasir. Kasir atau pemilik kopi ini ternyata keturunan Cina. Menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa bangsa keturunan Cina memang cukup banyak di Belitung Timur ini. Mereka banyak bergerak di bidang perdagangan.

Kota Langsa, Aceh

Sepanjang jalan di kota Langsa, saya disajikan pemandangan warung kopi di kanan kiri jalan. Meski jauh dari ibukota provinsi, yaitu Banda Aceh, Kota Langsa juga menjadi tempat "nongkrong" muda mudi, bapak ibu dari daerah di sekitarnya. Sebut saja Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang pada akhir pekan masyarakatnya berlibur di Kota Langsa. Mungkin karena daya tempuhnya yang tidak begitu jauh, 2- 3 jam.

Saat saya mendapatkan tugas dari kantor untuk melatih guru di Kota Langsa untuk kedua kalinya, saya sangat menikmatinya. Saat tiba di bandara Kuala Namu, Saya langsung dijemput driver travel menuju Kota Langsa. Perjalanan jarak tempuhnya dari Kota Medan cukup jauh, yakni 4-6 jam (202 km).

Tiba di Kota Langsa kami menginap di sebuah hotel Harmoni, salah satu hotel terbaik di sini. Untunglah di seberang hotel ada sebuah warung kopi bernama Rumah Kupi. Rumah Kupi meyajikan kopi yang lengkap mulai espresso hitam dan sanger dapat di pesan di sini.  Sanger adalah jenis minuman kopi yang ditambah susu kental manis. Rumah kupi ini buka hingga dini hari, yakni 01.00 WIB. Warung yang memiliki mesin penyajian kopi modern ini juga menyajikan makanan ringan kue cane dan makanan berat, seperti mie Aceh dan nasi goreng khas Aceh.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Penyajian kopi espresso di warung Rumah Kupi sangat berkelas. Cangkir mungil dan lucu ukuran 100 ml bisa dinikmati saat tersaji. Aroma kopi arabika menusuk hidung dengan lembutnya. Sebelum menyeruput saya menghirup aroma yang keluar spontan dari secangkir kopi yang baru saja tersaji di meja.

Kota Banda Aceh

Banda Aceh merupakan kota yang punya julukan Serambi Mekah ini adalah surga bagi penikmat kopi. Selain masjid Baiturrahmannya yang begitu elok dengan renovasi penambahan payung-payung ala masjid Nabawi di Saudi,  kota ini memanjakan setiap mata sepanjang pinggir jalan dengan warung kopi. Ada yang warung kopi tradisional sederhana dan ada juga yang modern atau disebut caf anak muda. Lengkap dengan menu mie Aceh dan kue cane khasnya.

Kota yang pernah mengalami musibah dahsyat Tsunami tahun 2004, tepatnya hari Minggu 26 Desember, sudah kembali pulih. Setiap akhir tahun warga Banda Aceh selalu teringat tragedi ini. Tragedi yang tak bisa dilupakan. Sampai masih ada sisa-sisa peninggalan Tsunami yang dijadikan sejarah, yaitu keberadaan kapal PLTD Apung dan kapal nelayan di daerah Lampulo.

Kini, kota Banda kembali sedia kala. Suasanya lebih tenang dan nyaman. Jauh dari hingar bingar gerakan anti NKRI. Karea semenjak tsunami warga Aceh bahu membahu membangun kota ini kembali. Tanpa mengenal dari suku mana dan gerakan apa.

Kembali ke pembahasan kopi. Pada tahun ini, 2017, saya mengunjungi sebuah kedai kopi Solong.... yang merupakan cabang dari kedai kopi  Ulee Kareng milik H. Nawi yang terkenal sejak 1974. Bedanya adalah kedai kopi ini sudah jauh modern. Dengan penataan kedai yang sudah ala caf.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 
Pengunjung yang datang pun tidak kenal waktu. Mulai pagi saat menu sarapan nasi lemak ada sampai malam saat makan malam tiba. Umumnya pengunjung yang datang dari kalangan menengah ke atas. Terlihat dari mobil-mobi yang berjajar di parkiran yang luas. Pengunjung pun bisa memilih tempat di dalam caf atau duduk di luar di bawah pohon agar terlihat santai.

Suasanya ini membuat saya selalu kangen ingin ngopi di tempat ini. Tempat kami bincang-bincang santai tentang masa depan. Sambil juga menikmati sajian kue ringan teman kopi hitam dan sanger.

Kota Yogjakarta

Kota pelajar Yogja ini menjadi kota yang sangat nyaman bagi penikmat kopi. Betapa tidak. Sajian warung lesehan yang digelar setiap malam, meski bukan malam minggu, tetap saja ramai pengunjung.

Tepatnya di belakang staisun Tugu Yogja, ada sederetan warung lesehan kopi jos yang menawarkan sajian angkringan yang lengkap dengan kopi josnya. Kenapa namanya kopi jos? Ya. Kopi ini dinamakan kopi jos karena kopi yang tersaji di gelas dmasukkan bara api dari kayu khusus sehingga bunyi jos. Bara abi kayu yang masuk kedalamnya membuat sajian kopi menjadi lebih legit dan nikmat.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Menikmati kopi jos bertambah nikmat lagi sambil diiringi nyanyian pengamen jalanan yang lagu-lagunya bisa di-requestsesuai keinginan pengunjung. Lagu yang dinyanyikan bisa lagu kenangan dan band-band baru yang sedang popular.

Suasana yang akrab, nyaman, dan santai membuat banyak wisatawan domestic dan mancanegara yang ingin ikut larut dalam suasannya. Bahkan ada wisatawan Thailand yang memuji keberadaan warung lesesan angkringan sepanjang jalan Malioboro---Margo Utomo.

Setiap ke Yogjakarta pastinya saya tidak bisa melupakan dan akan kembali mampir ke lesehan warung kopi Joss stasiun Tugu Yogja. Ke kotamu aku kan kembali...

Kota Takengon

Takengon adalah sebuah kota kecil yang berada di daerah pegunungan wilayah Aceh. Selain, udaranya dingin, kota ini menjadi pemasok kopi terkenal di Aceh, Indonesia, bahkan di dunia. Kopi yang dihasilkan oleh petani di sini sangat berkualitas. Petani kopi setempat mengatakan bahwa kopinya sudah menjadi bahan seduhan kopi di Eropa.

Untuk bisa sampai di kota ini. Saya naik pesawat menuju Kuala Namu Sumatra Utara, selanjutnya transit/pindah pesawat menuju bandara Rembele, Kabupaten Bener Meriah Aceh. Perjalanan ke sini menempuh waktu kurang lebih 3 jam bila dari Jakarta.

Kota yang terkenal dengan kopi tanah Gayonya ini, sangat produktif menghasilkan kopi yang istimewa dan kuliatas nomor wahid. Saya mencium aroma kopi arabica yang harum saat menikmati secangkir kopi hitam espresso. Wanginya membuat saya ingin meyeruputnya. Berbeda rasanya jika ngopi di tempat asalnya kopi berkualitas dunia. Luar biasa.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 

Sore itu saya diajak ngopi oleh guru-guru di kedai kopi seberang Masjid Raya Takengon. Warung ini sudah terlihat modern ala caf namun harga nya tetap harga mahasisw

Saya pun tak sabar memesan kopi sanger espresso kental yang sangat berkelas tersaji di cangkir mini. Begitupun guru-guru yang ikut menemani. Ada juga yang tidak memesan kopi, tapi hanya the tarik. Suasana ini sangat akrab dan santai sambil bincang-bincang tentang sastra dan puisi khas dari Tanah Gayo. Puisi saya pun  diminta untuk dimuat pada laman www.lintasgayo.co. saya pun mengizinkan dan senag saat dikirm tautannya. Puisi yang dimuat berjudul "Kopiku Bukan Kopimu".

Kopiku Bukan Kopimu

Kopiku kopi hitam asli roastingan
kopimu kopi kreamer sasetan

Kopiku kopi sanger racikan barista
kopimu kopi campuran satu rasa

Kopiku kopi terbaik kualitas nomor satu
kopimu kopi terbaik kata iklan di tv itu

Kopiku ya kopiku, kopimu bukan kopiku
tapi nikmatnya kurasa menyatu

Takengon, 27092017

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Puisi ini menurut sastrawan Gayo---yang juga berprofesi guru---sangat  menginspirasi untuk membuat puisi juga tentang kopi Gayo. Kopi memang minuman yang mampu menghipnotis orang untuk kreatif dan inspiratif melahirkan karya. Dan, saya pun menyuput kembali kopi khas asli Takengon yang sangat nikmat.    

[1] Artikel ini diangkat dari pengalaman penulis menikmati kopi saat bertugas ke berbagai wilayah di Tanah air

[2] Widyaiswara di PPPPTK Bahasa Kemdibud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun