Mendengar perintah, ajudan Kepala Staf TNI AD langsung bergegas meninggalkan ruanganku. Ia langsung berkoordinasi dengan asisten pribadi dan yang lainnya. Aku minta agar mereka menghubungi seluruh Danrem dan Dandim di daerah untuk mensosialisasikan niatku maju menjadi ketua umum PSSI.
Meski umur sudah tidak muda lagi dan tak punya pengalaman mengurusi olah raga paling populer di dunia ini, aku tetap bertekad maju dalam pemilihan yang akan dilaksanakan di Bali nanti.
Aku maju bukan tanpa pendukung, panglima TNI sudah menyampaikan dukungannya kepadaku bahkan melalui media massa. Ada juga beberapa pengusaha yang selama ini intens berkomunikasi menyatakan siap berkontribusi. Selain dukungan, hal lain yang membuatku semakin semangat adalah karena menjadi ketua umum organisasi olah raga merupakan tradisi yang sudah terjadi bertahun-tahun di TNI. Lihat saja PBSI, PB. POSSI, PP. PORDASI, PODSI, dan lain sebagainya. Banyak prajurit aktif maupun yang tidak aktif lagi menjadi pengurus oraganisasi olah rag.
waktu berlalu beberapa hari …..
Aku mendapat laporan dari tim sukses “GT untuk ketum PSSI” bahwa namaku tak lolos verifikasi sebagai calon ketum PSSI. Yang lulus cuma dua nama saja, Nurdin Halid dan Nirwan Dermawan Bakrie, ketum dan waketum periode sekarang. Maka setelah mendengar kabar itu aku memimpin rapat mendadak tim dan merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Semua tim yang punya kedekatan dengan pengprov PSSI agar melakukan gerakan massa maupun pembentukan opini di media massa, agar citraku sebagai orang yang teraniaya mendapat dukungan masyarakat sepak bola. Hal ini pernah berhasil ketika SBY menjadi presiden tahun 2004.
2. Danrem maupun Dandim agar berkomunikasi dengan ormas dan organisasi kepemudaan supaya melakukan gerakan massa dengan isu, “revolusi PSSI” atau “Nurdin Harus Mundur Dari Pencalonan”.
Mukaku terasa tersiram, air.
Dengan tangan kuhapus muka agar air tak menutupi pandangan, tapi air semakin banyak. Kuhapus air yang mengenai mataku.
Ternyata aku cuma bermimpi saja…
*aku bukan antek Nurdin