BPN Prabowo-Sandi Sungguh Keterlaluan, Emak Pepes Dipuji Ratna Dibully.
Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo Sandi alias Pepes, tak begitu terkenal sebelum "video viral dari Karawang" muncul. Mereka hanya sayup-sayup muncul di antara berita tentang kelompok relawan capres yang memang semakin menjamur menjelang hari pencoblosan Pilpres 2019.
Namun semua berubah beberapa hari terakhir, setelah tiga ibu ditangkap polisi, Ketiga ibu anggota Pepes itu disinyalir melanggar Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana tentang menyebarkan berita bohong. Ketiganya ditangkap karena disangka memengaruhi calon pemilih untuk tak mencoblos Jokowi-Ma'ruf pada pilpres mendatang. Upaya mempengaruhi ini dilakukan pada Rabu, 13 Februari 2019, dengan alasan yang dinilai mengada-ngada.
Perlindungan Hukum PEPES?
Akan tetapi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi akan memberikan bantuan hukum kepada tiga emak-emak yang telah dijadikan tersangka dan telah ditahan Polda Jawa Barat karena diduga melakukan kampanye hitam Jokowi menang, adzan dilarang, serta pernikahan sejenis dilegalkan.
"Tidak ada (menyuruh tiga ibu-ibu), tidak pernah ada. Dan itu juga belum tentu dikategorikan kampanye hitam. Harus diperiksa dulu dong. Harus ada praduga tidak bersalah dan itu kan masih dalam pendapat pribadi mereka," ucap Fadli Zon
Ada apa dengan BPN?
Nama Ratna Sarumpaet memang seringkali menjadi bahan pembicaraan publik. Mulai dari kasus mobil diderek petugas Dishub DKI Jakarta hingga kasus hoaks pemukulan yang membuatnya dianugerahi gelar sebagai Ratu Hoaks oleh warganet.
Untuk apa Ratna Sarumpaet menyebarkan berita Hoaks?
Ratna Sarumpaet yang juga menjadi bagian dari Juru Kampanye Nasional Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi ini mendapatkan dukungan penuh dari capres nomor urut 02 Prabowo-Sandi. Dihadapan Prabowo, Ratna pun mengakui bahwa lebam di wajahnya merupakan bekas pemukulan sekelompok orang tak dikenal.
Ratna Sarumpaet menyatakan dirinya bersalah telah menciptakan kebohongan tentang penganiayaan yang dialaminya, yang membuat wajahnya lebam dan bengkak.
Pernyataan itu ia sampaikan menanggapi surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada sidang pertama yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).
"Saya sebenarnya, saya salah, oke. Tetapi sebenarnya yang terjadi di lapangan dan yang terjadi di peristiwa penyidikan, ada ketegangan luar biasa yang membuat saya merasa sadar bahwa memang ini politik. Saya berharap sekali pada persidangan ini dengan semua unsur yang ada di sini, marilah kita menjadi hero untuk bangsa ini, bukan untuk saya. Kalau saya dipenjara nggak masalah. Bahwa di atas segalanya, hukum bukan kekuasaan," tegas Ratna Sarumpaet.
Dimana Perlindungan Hukum untuk Ratna?
Anggota Dewan Pengarah tim Prabowo-Sandi, Fadli Zon mengaku memang tidak menjenguk karena jengkel dibohongi.
Menurut Fadli, timses Prabowo-Sandi sangat dirugikan atas kasus hoax penganiayaan yang disebarkan Ratna. Saat itu, Ratna merupakan Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas) Prabowo-Sandi.
Padahal pangacara Ratna Sarumpaet mengungkap sang klien tidak pernah dibesuk tim sukses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno selama ditahan di Polda Metro Jaya. Padahal Ratna Sarumpaet selama ini setia membela Prabowo-Sandi, apalagi bantuan hukum untuk beliau.
Ratna Dibully?
Betapa jelek dan nistanya kubuh 02, hingga istilah Mak Lampir kabarnya dilontarkan salah seorang elite kubu Badan Pemenangan Nasional Prabowo -- Sandi kepada wartawan, saat kebetulan punya urusan lain di PN Jaksel ketika itu.
Apalagi Ratna harus mengembalikan uang dari sponsornya (Pemprov DKI Jakarta) untuk kabur ke Chile dahulu sebelum ia tertangkap.
Kampanye Bobrok
Berkampanye seperti menari di air yang keruh. Persoalan perpecahan adalah hal yang sangat serius untuk diperhatikan. Tak ada permusuhan yang muncul begitu saja. Jelas terlihat, bibit-bibit kebencian yang muncul di masa kampanye pemilu kepala daerah terus dibawa dan menjadi bagian dari pertarungan wacana di pemilu presiden mendatang. Unfinished business di antara kedua belah pihak terus membakar kebencian. Api kebencian tersebut semakin bertambah besar ketika salah satu pemimpin dari masing-masing pihak menyampaikan pernyataan kontroversial yang dipandang merendahkan pihak yang lainnya. Tentu, hal ini bukanlah tanpa alasan.Â
Kasihan Ratna, mati-matian demi kubuhnya malahan di singkirkan begitu saja.
Apakah ini kelakuan elit politik kita, ini sungguh penistaan buat kaum emak-emak? Salam Satu Nusantara NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H