BENTURAN PAMUNGKAS
Blaaaar!!!
Keduanya terpental keras akibat beradunya dua pukulan pamungkas yang keluar dari tangan mereka.
Aku bersalto satu kali lalu memanfaatkan putarannya untuk menyeimbangkan tubuh. Kedua kakiku menyentuh tanah terlebih dahulu dengan tubuh masih terdorong ke belakang. Kedua telapak kakiku membentuk jalur panjang kurang lebih empat lima meteran pada pasir pantai.
Sementara didepanku terlihat pemuda paruh baya yang usianya aku perkirakan berada jauh diatasku juga terdorong jauh. Aku tidak tahu apakah ia sempat bersalto atau tidak. Namun jejak kakinya juga terdorong membentuk jalur yang sama jauhnya dengan yang terjadi padaku.
Pemuda paruh baya itu terdiam.
Dari jauh kulihat keningnya berkerut. Nampaknya ia sangat terkejut ketika tahu pukulan pamungkasnya dimentahkan oleh laki-laki yang lebih muda umurnya.
"Bagaimana kamu bisa mengatasi Bayu Seto yang kulepaskan dengan sepenuh tenaga?", ucap pemuda paruh baya itu lantang. Pandangannya tampak menyelidik.
Suara deburan ombak dipantai seolah mendadak hening sehingga ucapannya dapat jelas kudengar.
"Tenagamu mirip dengan tenaga Bayu Seto milikku. Hmm... Tidak !! Ini sangat berbeda. Ilmu apa yang kau gunakan?", lanjut pemuda itu.
Ia perlahan melangkah maju. Berjalan dengan sangat waspada.