Mohon tunggu...
Mas Garex
Mas Garex Mohon Tunggu... Editor - KBC - 55 | Kompasianer Brebes
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan itu rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan pernah kau sesali kemudian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penebang Kayu Budiman

6 Agustus 2020   16:16 Diperbarui: 6 Agustus 2020   16:17 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Sang penebang kayu bukannya menjawab tapi malah dia mengambil pedang dan menebaskannya ke leher sang raja. Untungya sang pengawal secara sigap menangkisnya. Sang raja pun bertanya "Apa maksudnya semua ini?", sang penebang kayu tertawa terbahak-bahak tapi kemudian penebang kayu mendekati sang raja sambil berbisik "Jangan bilang-bilang kepada siapapun kalau pedang prajurit sudah saya ganti dengan pedang kayu. nanti kalau saya dapat gaji pedang itu akan saya tebus lagi".

Sang raja akhirnya pamit pulang sambil berpikir, hal ini sangat membahayakan untuk keamanan kerajaan besok dia akan membuat rencana agar si penebang kayu jera. Keesokan harinya sang raja mempunyai rencana pura-pura untuk membuat kesalahan besar dan hukumannya adalah hukuman pancung, maka di alun-alun semua orang dikumpulkan untuk menyaksikan hukuman pancung bagi pengawal raja yeng telah membuat kesalahan. 

Dan raja turun kebawah ke barisan para prajurit untuk memilih prajurit yang akan melakukan tugas hukuman pancung. Semua prajurit saling menampakkan dirinya untuk bias terpilih melaksanakan hukuman pancung, hanya seorang penebang kayu yang tidak mau menonjolkan diri.

Tetapi pada akhirnya sang raja memilih penebang kayu untuk melaksanakan hukuman pancung. Maka seluruh keringat dingin keluar dari sang penebang kayu karena yang dia pegang sesungguhnya adalah pedang kayu, bagaimana mungkin bias untuk melaksanakan hukuman pancung. 

Tapi sang penebang kayu tetap berjalan ke rena hukuman pancung dan dia sebelum melaksanakan hukuman pancung dia menulis sebuah surat untuk sang raja dan boleh dibaca ketika dia sudah melaksanakan hukuman pancung.

Isi surat itu kalau memang ini betul-betul bersalah, maka lehernya akan putus oleh pedang saya tetapi apabila orang ini tidak bersalah maka pedang saya akan berubah menjadi kayu. 

Maka si penebang kayu melaksanakan tugasnya memancung kepala orang tersebut. Tetapi keanehan terjadi, leher orang itu tidak putus. Semua orang yang ada di alun-alun terperanjat menyaksikan hal itu. Sang penebang kayu pun ketakutan, tapi dia meminta kepada sang raja untuk membaca surat yang baru ditulis dengan suara keras dihadapan semua rakyatnya.

Sang raja pun tidak kalah kaget deng isi surat tersebut. Akhirnya sang raja berpidato didepan semua rakyatnya. "wahai rakyatku yang saya cintai.. apakah kalian kenal dengan prajurit yng satu ini?". Semua orang berteriak "Kenal!!" mereka saling bersautan ada yang meneriakan penebang kayu budiman, ada yang meneriakan penebang kayu baik hati, ada juga yang menyebutkan sang penolong.

Sang raja berkata "betul dengan isi surat prajuritku ini, bahwa pengawalku tidak melakukan kesalahan apapun, dia berpura-pura melakukan kesalahan besar dan harus dihukum pancung". Karena dia tidak bersalah maka pedangnya berubah menjadi kayu tetapi sebenarnya bukan hal itu yang terjadi tapi prajuritku ini yang telah menggadaikan pedangnya dan diganti dengan pedang kayu. 

Si penebang kayu pun terperanjat dan heran kenapa sang raja tahu, padahal seingatnya yang tahu cuma satu tamuku yang ikut pesta makan malam. Sang raja berkata kepada penebang kayu "hayyy prajurit.. lihatlah wajahku baik-baik, apa kamu lupa dengan wajahku? Dan kamu tentunya heran kenapa saya bias tahu tentang pedangmu yang berubah menjadi kayu". Sang penebang kayu semakin heran dan tidak mengerti tapi ketika dia memandang wajah sang raja dia merasa kenal dan akrab.

Akhirnya sang raja pun berkata "Akulah musafir yang tiap malam ikut pesta makan dirumahmu". Penebang kayu pun baru menyadari bahwa ternyata sang musafir ikut pesta makan adalah sang raja. "Pantesan dia selalu bertanya tentang aku" dalam hati sang penebang kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun