Mohon tunggu...
Muhamka27
Muhamka27 Mohon Tunggu... Arsitek - Siswa SMA Annur Jurusan IPS

Masih memperdalam mengembangkan Ilmu ke-penulisan dengan baik, dan ingin mengembangkan skil lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemahaman Delusi Sekitar Ma'had

1 November 2024   14:07 Diperbarui: 1 November 2024   14:13 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemahaman Sifat Delusi 

Apa penyebab yang membuat kita menolak suatu kenyataan yang terjadi dengan diri kita? Entah itu kenyataan dari takdir atau memang kita yang melakukan kenyataan itu. Contohnya, peristiwa alam seperti kejadian Lumpur Lapindo,  yang awalnya mengeluarkan semburan kecil hingga mengakibatkan tenggelamnya desa Siring, dan terus menyebar hingga merambat ke seluruh 19 desa. Ini bisa dikatakan dengan sebutan kenyataan suatu peristiwa yang diakibatkan perilaku manusia sendiri

Apakah pada umumnya hanya menerima dengan begitu saja, ketika menghadapi suatu kenyataan peristiwa yang tidak cocok. Lebih tepatnya definisi masalah. Yang merupakan ketidak cocokkan terhadap apa yang kita lakukan dan hasilnya berbeda jauh dengan harapannya.

Penulis mengajak para pembaca untuk fokus memikirkan ke depannya tentang prosedur pekerjaan sebelum menghasilkan permasalahan. Perlu kita perhatikan sebelum kita memulai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari pada umumnya

Seperti halnya ketika sekolah; Sebelumnya, saya sudah di peringatkan oleh guru IPS kemarin, tentang tugas yang diberikannya. Namun, saya melupakannya. Dan akhirnya, saya pun mendapatkan masalah besar hingga terus memikirkannya

Sebuah Delusi Ini pasti akan terjadi di setiap kalangan manusia. Sebelumnya saya ingin menjelaskan apa itu delusi? Dikutip dari laman Wikipedia; delusi secara harfiahnya, merupakan suatu keyakinan yang dipegang seseorang dengan kuat. Namun, tidak akurat. Lebih tepatnya adalah suatu kenyataan yang bertentangan dengan faktanya.

Hubungan Delusi dengan Masalah

Di lingkungan sekolah, pasti akan selalu ada yang berbeda. Berbeda ini masih bisa diperdalam lagi, salah satunya kita mengambil contoh siswa yang nakal. Ini merupakan bukti bentuk masalah, karena dirinya sendiri sudah menjelaskan identitas keburukannya.

Lalu, hubungannya dengan delusi apa? Di atas sudah jelas jika masalahnya itu adalah anak nakal. Dan masalah pasti akan selalu dihindari oleh tiap orang. Anggapannya tidak ada satu pun orang yang mau dengan kehadirannya masalah, karena masalah dari pandangan mereka itu adalah beban baginya.

Contohnya, ada sebuah murid yang di mana perilakunya itu pendiam, baik, dan sedikit cerdas. Akan tetapi, dia mempunyai satu teman sekelas yang sifatnya ini bertolak jauh dengan dirinya. Dan akhirnya mereka menimbulkan sesuatu permasalahan. Di antaranya, siswa baik ini selalu di ganggu dengan kenakalan temannya. Dengan pemikiran Introvertnya, siswa baik ini menjadi frustrasi akan kenyataan pembulian dari temannya. Lantas siswa baik ini delusi dengan kejadian barusan terjadi, seakan-akan ia tidak terima dengan kejadian tersebut. Membayangkan kalau sebelumnya tidak ada suatu perbuatan yang mengganggu dirinya

Delusi dengan takdir

Pertentangan ini sangat jauh untuk disingkirkan bagi orang-orang yang telah pernah merasakan akan halnya ditimpa oleh takdir. Maksudnya, setiap waktu yang terus berjalan akan ada kejadian atau peristiwa pada saat itu

Bagaimana dengan pikiran kita, yang selalu delusi dengan kebenarannya fakta. Pasti akan selalu menyebutkannya takdir, lalu menyerah dengan begitu saja. Ketika gagal tetapi masih ada keinginan yang begitu kecil, kita bisa menggunakan pemikiran yang amat delusi. Dengan adanya pemikiran ini, kita akan menjadi kritis, mencari dan meneliti, apa kekurangan yang kita lakukan saat kegagalan tersebut belum terjadi.

Kemungkinan itu semua akan berjalan baik jika kita berusaha semaksimal mungkin. Takdir itu pasti, akan tetapi kita masih bisa merubahnya. Lainnya takdir sesuai kepercayaan masing-masing, karena kepercayaan orang dengan takdir itu masih ambigu.

Terakhir. Kegagalan dan keberhasilan bisa dicari dengan mudah, apabila kita serius dan teliti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun