Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saat Putri Kecilku Ingin Membaca

23 Februari 2019   10:55 Diperbarui: 23 Februari 2019   11:10 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yasmeen Ayu Shofiyyah

Hari-hari ini pun saya sepertinya malas menuliskan tentang politik. Maksudnya, tentang perdebatan politik menjelang pemilu tanggal 17 April mendatang. Setiap hari membaca koran, tetapi ide-ide tentang politik, mandeg di kepala saya. Pokoknya, saya bingung hendak menuliskan apa tentang permasalahan politik di negeri ini.

Maka, saya tuliskan saja tentang pengalaman hidup pribadi. Tentu, masih banyak kisah yang bisa dituliskan untuk memotivasi orang lain. Cerita orang lainpun kadang menggugah hati nurani saya. Mencari inspirasi tentang kehidupan dari orang lain, justru mengetuk nurani.

Setiap pagi saya membeli koran Republika dan Kompas. Ingin menambah membeli koran lain, uang belum cukup. Kadang dua koran itu pun lalai saya baca, karena sesuatu hal yang mungkin tidak penting. Membaca, ternyata bukan pekerjaan yang ringan.

Menumbuhkan minat membaca dan menjadi habbit, ternyata butuh latihan. Musuh yang paling sering datang saat mau membaca adalah malas dan sibuk. Dua hal inilah yang selalu hadir menggerogoti semangat membaca yang awalnya menggebu.

Jika diri sendiri saja memerlukan waktu lama untuk mencintai membaca, bagaimana dengan anak-anak. Tentu, sejak kecil harus kita tanamkan benih cinta membaca pada anak-anak. Jika tidak sedari kecil diajarkan untuk membaca, akan sulit nantinya anak mencintai membaca buku.

Jaman sekarang musuhnya adalah gadget. Benda satu ini cukup menarik bagi anak-anak. Keponakan saya, yang umurnya 12 tahun, setiap hari main gadged. Hampir seluruh waktu digunakan untuk main game atau nonton di yotube. Waktu untuk belajarpun menjadi hilang tanpa bekas.

"Kak, main HP setiap hari, apa tidak bosen. Terus kapan belajarnya....?"

Pertanyaan saya pada keponakan saya. Padahal sebentar lagi sudah mau masuk SMP. Hari-harinya hanya digunakan untuk bermain hp. Belajar atau membaca buku, tidak ada dalam kamus mereka. Parahnya lagi, orang tua si anak merasa tidak ada masalah. Membiarkan anak bermain hp seharian, tanpa pernah ada diminta untuk sekedar mengulang pelajaran di sekolah.

Maka, wajib bagi saya untuk mengenalkan buku pada anak sejak kecil. Setiap membaca koran atau buku, anak-anak saya merengek meminta. Karena masih kecil, paling banter disobek-sobek koran bacaan saya. Pokoknya, saya biarkan saja putri saya merobek koran itu, lucu dilihatnya.

Saya hanya berusaha mengenalkan buku atau bacaan pada anak-anak. Jika tidak dikenalkan dengan buku, takutnya dia lari ke hp. Jika kecanduan hp, maka akan sulit untuk menyukai membaca buku. Sedini mungkin saya mengenalkan buku pada anak saya.

"Kak, nanti jadi penulis hebat yah. Semoga nanti SD sudah bisa menerbitkan buku..."

Harapan itu muncul saat melihat putri kecil saya memangku koran. Saat matanya yang lucu menatap ayahnya membaca koran atau buku. Semoga saja, putri saya kelak jauh lebih hebat mencintai membaca dibandingkan ayahnya.

Saya ingin mengajarkannya membaca dan menulis sejak kecil. Meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Jika tidak mengajari membaca sejak kecil, khawatir putri saya kelak saat dewasa tidak mencintai membaca buku.

Bangka 3 A, No. 60

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun