Penulis tidak hendak membahas tentang jalan cerita sinetron tersebut. jika ingin bernostalgia, penonton bisa menonton ulang lewat tayangan ulang di youtube. Tulisan ini hanya akan menyentil tentang fenomena emak-emak yang ternyata suka menonton sinetron "Tersanjung" dan sejenisnya.
Pada waktu itu, tetangga kami dan semua emak-emak di kampung semua menonton "Tersanjung". Efek psikologis sinetron ini luar biasa. Jika di pasar mereka (emak-emak) membicarakan sinetron Tersanjung. Jika di rumah atau di pasar, membicarakan adegan sinetron Tersanjung.
Sepertinya bukan hanya emak-emak, remaja putri juga gemar menonton Sinetron Tersanjung. Pertelevisian kita ditunggu oleh kaum wanita untuk menonton Sinetron Tersanjung. Hiburan menarik bagi ema-emak yang jauh dari perdebatan politik seperti jaman sekarang.
Sinetron dan FTV Religi Mitos, Tonton Menarik Emak-Emak
Sinetron tersanjung kemudian menjadi ikon sinetron pada tahun-tahun selanjutnya. Meskipun dengan bintang film yang berbeda, tetapi tetap memikat hati emak-emak. Insan pertelevisan sepertinya memahami, pangsa pasar sinetron atau FTV adalah ada pada emak-emak.
Sampai sekarang, dunia pertelevisian di tanah air, sinetron masih populer di hati emak-emak. Sinetron ini selalu saja menguras emosi emak-emak. Nampaknya itulah yang menjadi nilai jual sinetron. Secara psikologis, emosi dalam sinetron lebih dekat dengan emak-emak.
Penulis beberapa kali mendatangi rumah tetangga. Sekedar ingin tahu, tonton apa yang disukai oleh emak-emak. Penulis melihat beberapa tetangga, saat ini masih suka sinetron atau FTV. Televisi swasta yang sering menayangkan sinetron adalah Indosiar dan Antv.
Sinetron yang dulu populer di tahun 90-an, saat ini digantikan oleh FTV religi misalnya "Azab", "Hidayah", "Kun Fayakun", "Jodoh Wasiat Bapak", dan masih banyak lag-lagi. Pangsa pasar sinetron ataupun FTV religi ini tetap emak-emak.
Tetapi, penonton emak-emak ini tidak kritis terhadap isi cerita Sinetron Padahal, baik sinetron atau FTV jika dlihat isi ceritanya lebih banyak adegan kekerasan atau mitos.Â
Menurut penulis, Sinetron "Noktah Merah Perkawinan" dan Sinetron "Tersanjung" menampilkan cerita yang realistis tentang konflik keluarga. Dua sinetron ini justru menampilkan realitas keluarga yang terjadi pada tahun 90-an.