"Jangan pernah takut penjara. Tubuh bisa dipenjara, tetapi pikiranmu tidak akan pernah bisa dipenjara oleh siapapun. Kecuali oleh dirimu sendiri"
Saat Membaca buku-buku Cak Nun, terkadang saya tertawa sendiri bagaikan orang gila. Sering saya terbawa emosi, mendengar tuturan dari Cak Nun. Sudah lama pemimpin negeri ini membunuh keadilan bagi rakyatnya sendiri. Cak Nun mengajak saya untuk merenung, bahwa negeri ini belum memiliki pemimpin yang menjadikan rakyat sejahtera.
Saat membaca tulisan Prie G S dalam buku "Waras Di Jaman Edan", saya sering meneteskan air mata. Lewat tulisannya, Prie G S memberikan nasihat, bahwa anak-anak dan istri adalah tempat kembali pulang. Rumah adalah tempat untuk merajut semangat yang hilang.
Lewat Prie G S "Waras di Jaman Edan" saya jadi mengerti bahwa kita sebagai manusia kita selalu melakukan salah terhadap diri sendiri dan bahkan pada anak dan istri.
Saya ingin menulis seperti mereka. Menulis untuk membangkitkan semangat hidup orang lain. Menulis yang menginspirasi orang lain, mungkin seperti itu. Menulis agar seolah-olah saya hidup di hadapan orang lain. Meskipun kelak saya sudah mati, tubuh telah kembali ke dalam tanah.
Saya ingin menulis untuk agama, keluarga, dan bangsa saya. Menggedor-gedor perasaan orang lain, agar mau berbagi. Hidup ini tidak akan indah tanpa adanya orang lain. Tulisan ini inipun tidak akan ada maknanya tanpa kehadiran orang lain.
Mari menulis untuk menggedor-gedor nurani orang lain.
Bangka 3 A, Jakarta Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H