"Saya pesan jus manga dua..." Saya duduk di sebuah kursi. Saya pandangi buku Jalaludin Rumi. Bergemuruh rasanya jiwa saya.
"Pakai susu bang...?" Tanya dia pada saya yang masih terpaku pada buku Jalaludin Rumi.
"Ndak usah pakai susu. Abang ini beli buku Jalaludin Rumi di mana?" Saya ingin mengorek informasi darinya.
"Beli online sajalah bang.."
Jawabannya ringan. Tangannya masih sibuk mengupas buah yang akan dijadikan jus. Saya masih terus melihat buku Rumi. Beberapa menit kemudian, selesai jus pesanan saya dibuat. Masih saja kaki tidak mau beranjak dari pinggir jalan. Penjual jus ini adalah lelaki hebat. Membaca buku adalah bagian jalan hidupnya yang tidak bisa dihitung dengan uang.
"Bang hebat pokoknya. Selamat memangku Jalaludin Rumi. Selamat mengarungi samudera kebijaksanaan..."
Saya tepuk pundaknya. Membayar jus, kemudian melangkah pergi dari hadapannya. Orang biasa, yang berada di pinggir jalanpun berhak mencintai buku. Saya ingin terus belajar dari penjual jus yang setia mencumbui Jalaludin Rumi untuk mengarungi samudera kebijaksanaan.
Jangan pernah lelah untuk terus membaca buku.
Salam Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H