Pada tulisan kali ini saya masih akan membahas tentang perababan buku. Tentu sesuai dengan judul yang sudah saya dituliskan, terkait dengan Film G30/S-PKI. Saat menonton film G30/S-PKI banyak pesan makna yang hendak disampaikan terkiat perababan buku. Bangsa yang besar adalah jika rakyatnya membudayakan peradaban ilmu pengetahuan dengan buku, membaca, dan menulis.
Pada film inipun kita bisa melihat budaya orang terdahulu dalam sejarah. Termasuk budaya membaca buku tebal dalam wilayah kebangsaan. Buku-buku merupakan warisan dari jaman purba sampai saat ini.Â
Dengan buku atau budaya tulisan, kita bisa mewarisi khazanah kebudayaan dari bangsa-bangsa terdahulu. Dengannya, kita bisa belajar tentang keagungan sebuah bangsa. Tanpa kegiatan tulis menulis atau buku, sebuah bangsa akan tertinggal peradabannya.
Pada film G30/S-PKI ini juga saya temukan beberapa scene tentang pentingnya sebuah buku. Scene pertama adalah saat menit ke 19.17. Pada adegan ini diawali dengan sudut gambar beberapa buku di lemari kamar Presiden Soekarno. Adegan yang selanjutnya adalah Presiden Soekarno dengan menggunakan kaos putih sedang membaca sebuah buku. Dua buah buku yang di meja terlihat sangat tebal. Pada scene ini sangat jelas bahwa segenting apapun kondisi negara, Presiden Soekarno masih tetap membaca buku.
Dalam sejarah negara Uni Soviet telah hancur luluh lantak. Tetapi pemikiran dan ideologi yang pernah hidup di negara itupun masih hidup sampai sekarang. Negara ataupun sebuah bangsa memang bisa hancur luluh lantak. Tetapi ideologi dan pemikiran dalam sebuah buku tidak akan bisa hancur. Ideologi dalam buku-buku bisa melintasi sejarah dan waktu. Terbukti, ideologi komunis saat ini dibeberapa negara masih tumbuh subur.
Terlepas dari ideologi Presiden Soekarno yang dekat komunis. Pada tulisan ini, yang paling penting adalah budaya membaca sebagai poin penting. Budaya buku tebal itulah yang menjadi representasi kehidupan Presiden Soekarno.
Pada jaman Presiden Soekarno hidup belum ada internet seperti sekarang. Tetapi, dia masih bisa menikmati membaca buku-buku tebal berbahasa asing. Pertanyaan sederhananya, bagaimana Presiden Soekarno membeli atau mendapatkan buku-buku asing tersebut? Darimana dia mendapatkan buku-buku tentang berbagai pemikiran dan ideologi negara tersebut?
Jika jaman sekarang tentu kita bisa membeli secara online. Tinggal searching saja jenis buku apa yang hendak kita baca. Dalam hitungan menit kita sudah bisa mendapatkannya. Peradaban sekarang sangat berbeda dengan peradaban jaman Presiden Soekarno. Tetapi minat kita terhadap buku-buku tidak lebih baik dari peradaban jaman Presiden Soekarno. Justru, peradaban buku kita jauh tertinggal dibandingkan jaman pada saat Presiden Soekarno masih hidup.
Informasi media sosial hanya memberikan banyak limpahan informasi. Tetapi, peradaban buku telah memberikan ideologi pemikiran masyarakat, negara, dan sebuah bangsa.
Semoga kita mencintai buku-buku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H