Lihat saja pemberitaan beberapa media jika ada pertandingan sepak bola. Sebagian yang disorot bukan permainan bolanya tetapi euphoria suporternya. Bahkan saat terjadinya kasus tewasnya Haringga Sirila, wajah sepak bola kita belum juga berbenah.
Selama sepakbola hanya menjadi industri kapitalistik, wajah supporter bola kita akan terus menjadi biadab. Pada industri olahraga yang kapitalistik ini, bukan permainan bola yang terpenting. Tetapi bagaimana bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, itulah yang dikejar.
Generasi Sepak Bola Kita Sedang 'Sakit'
Sebelum ada ide menuliskan artikel pendek ini, saya melihat video detik-detik saat Haringga Sirila dikeroyok. Anak muda tambun ini dipukul dengan balok kayu. Belum puas jiwa membunuhnya, Haringga Sirila dihantam diinjak, dihantam lagi. Â Saya tidak menyelesaikan menonton video ini.
Miris hati saya melihat kondisi pada Haringga Sirila. Bisa jadi anak muda ini tidak tau apa. Ia hanyalah korban dari kebiadaban bangsa kita yang sedang sakit. Para pembunuh itu beringas tanpa dosa merobek nurani kebangsaan kita.
Lalu apa itu akan selesai? Tentu, tidak wajah sakti supporter bola itu akan memunculkan dendam baru. Jika nanti ada pertandingan bola antara Persija dan Persib, rasa dendam para supporter akan muncul lagi. Begitulah kondisi kebangsaan kita yang benar-benar sedang sakit.
Kondisi ini seharusnya menjadikan bangsa kita introspeksi diri. Kemudian bertanya, apa yang salah dengan sepak bola kita? Kenapa tewasnya supporter bola ini selalu berulang? Siapa yang harus bertanggung jawab?
Pertanyaan itu seperti benang kusut yang sulit diuraikan. Mungkin saat ke depan kondisi patologis ini akan berulang, kita belum juga selesai menemukan jawabannya. Sepakbola kita tidak bermanfaat apa-apa untuk kemajuan bangsa ini, jika supporternya rela saling membunuh.
Semoga tulisan ini mampu membuka mata hati kita. Kebangsaan kita yang terpecah belah dan saling menumpahkan darah ini harus segera diselesaikan. Kemudian, wajah sepak bola kita harus diselamatkan dari ulah supporter yang biadab dan sakit.
Salam Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H