Sebagai Muslim saya sendiri tentu sangat menyetujui apa yang dimaknakan dalam sila pertama tersebut. Bahwa, saya selaku umat Islam mengakui bahwa memang Tuhan itu Esa yaitu Allah SWT (QS Al Ikhlas 1-5). Kemudian Sila Kedua dan sampai Lima, jika dihayati merupakan perwujudan semua ajaran Islam.
Permasalahan muncul adalah jika termin Pancasila ini kemudian digunakan untuk memberikan stigma buruk terhadap kelompok tertentu. Pesan yang bias kemudian dimaknai bahwa seluruh umat Islam atau ajaran Islam justru anti terhadap Pancasila.Â
Padahal, jika ditelusuri sikap yang tidak setuju terhadap nilai-nilai Pancasila ini adalah hanyalah sedikit oknum dan tidak mewakili seluruh umat Islam di Indonesia. Generaliasi bahwa umat Islam cenderung anti Pancasila ini menghiasi peta perpolitikan Indonesia saat ini.
Jika ditelusuri lebih lanjut ketidak setujuan terhadap nilai Pancasila ini hanyalah representasi dari kekecewaan masyarakat terhadap pengelolaan pemerintahan. Ada beberapa kelompok yang merasa pemerintahan belum sepenuhnya berhasil memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Indikasinya adalah masih belum tercipta lapangan kerja, kemiskinan yang masih mendominasi, pembangunan yang belum merata, harga BBM dan listrik yang dirasakan oleh beberapa rakyat masih mahal, dll.
Sikap kritis terhadap pemerintah inilah yang kemudian entah siapa yang memulainya, kemudian dimunculkan sebagai termin anti Pancasila, anti Kebhinekaan dan anti nasionalisme dll. Kondisi seperti ini semakin menjadi bola yang panas, ketika banyak pihak yang justru membuat keruh suasana.
Kenapa menjadi keruh? Sebab ada oknum-oknum yang berusaha memeliharanya untuk memecah belah bangsa Indonesia. Beberapa isu yang muncul misalnya membuat propaganda antara pemerintah dengan Islam, membuat propaganda antara Islam dengan Pancasila. Termin-termin ini seakan selalu muncul dalam kontesasi perpolitikan Indonesia.
Mungkinkah pada Pemilu tahun 2019 termin Pancasila-is ini dimunculkan kembali sebagai alat politik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H