Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Media Sosial, Buzer, dan Panasbung (Perebutan Kursi DKI 1)

24 Oktober 2016   20:14 Diperbarui: 24 Oktober 2016   20:30 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sandi-uno-2-580e090a6d7a6150281faab5.jpg
sandi-uno-2-580e090a6d7a6150281faab5.jpg
Sebuah akun yang menggunakan nama Hardi Lionel Suarez “pak anis jd mentri aja dilempar..hduh..pak sandiaaga uno ngemis2 minta suara di tv. biar deh gua telanjang leliling ibu kota jakarta bila sampai .aniss onu..bisa menang”. Kemudian ada sebuah akun dengan nama Den Dani, menulis “kamu jgn ikut2an guoblok kaya si ahok ya, masa depanmu masih panjang. Belajar yg bener, buat orang tuamu bangga dgn prestasimu ya..”. Lihat pada akun yang menggunakan nama Rydho Dtanzoenk yang menuliskan, “Wah anjing nya ahok menggonggong kelaparan....hadehhh...dasar binatang nya kafir”.

Penjelasan di atas merupakan dua contoh dari ribuan akun yang menggunakan teks-teks kasar dan provokatif dengan gaya teks hujatan caci-maki. Ada beberapa akun yang coba penulis telusuri, ternyata tanpa identitas jelas. Akun-akun tersebut berfisat anonim tanpa dapat diketahui siapa pemiliknya. Menurut penulis akun-akun anonim tersebut robot (akun dengan mesin) yang digunakan untuk buzer.

Buzer yang dimaksud oleh penulis adalah akun yang dikelola oleh orang-orang bayaran. Netizen sering menyebut pasukan bayaran tersebut dengan istilah Panasbung “Pasukan Nasi Bungkus”. Istilah pasukan nasi bungkus juga tidak dapat ditelusuri dengan jelas kapan mulai muncul dan siapa penggagas pertama kali, menjadi misteri.

Penulis menyimpulkan sementera istilah pasukan nasi bungkus mulai muncul sejak pemilu tahun 2014. Artinya, pada pelaksanaan pemilu tahun 2014 itulah media sosial menjadi mesin partai politik yang baru. Hampir seluruh partai politik memanfaatkan media sosial sebagai alat kampanye yang massif. Kemungkinan dari sini muncul apa yang disebut dengan pasukan nasi bungkus.

Pendapat penulis di atas masih dapat dibantah dengan penelusuran yang lebih ilmiah (objektif). Sebab pendapat di atas hanya hipotesis sementara yang masih harus dibuktikan lewat riset ilmiah. Masih harus ditelusuri lebih lanjut motif-motif penggunaan pasukan nasi bungkus tersebut. Penulis memberikan asumi, kemunculan pasukan nasi bungkus tersebut dapat menimbulkan konflik sara yang lebih besar.

Kesimpulan sementara penulis, buzer-buzer dengan akun anonim tersebut memang digunakan sebagai alat perang di media sosial. Semacam dimanfaatkan untuk counter issue masing-masing tokoh (calon gubernur). Kemunculan akun anonim (pasukan nasi bungkus) sebenarnya melanggar etika di ruang media siber. Jika tidak segera diberi payung hukum (aturan) bukan tidak mungkin malah akan menimbulkan konflik sara yang jauh lebih besar.

Wallahu a’lam bis shawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun