“Benih-benih cinta yang tertanam empat puluh tahun silam tetap tumbuh rindang, sangat lebat. Akarnya menjalar dan mencengkeram kuat. Cinta dari seorang anak manusia. Cinta dari Tanah Surga”
Barisan kalimat itu terdapat dalam sampul belakang “Amira Cinta dari Tanah Surga” karya Suliwe. Suatu kebiasan saya ketika berburu buku di toko atau bazar buku yaitu membaca sampul belakangnya. Cinta dari Tanah Surga. Tanah Surga? dua kata ini membuat saya harus mengernyitkan dahi cukup lama. Saat itu yang terbayang di dalam benak saya adalah hamparan TANAH luas bertabur bunga nan indah yang ada di SURGA.
***
Amira adalah salah satu mahasiswi tingkat akhir jurusan Matematika di Universitas kota Karesidenan. Gadis manis berkacamata dan berlesung pipi. Tuntutan ekonomi keluarga membuatnya menjadi mentor freelance di salah satu lembaga bimbingan belajar. Beruntung sejak semester dua ia mendapat beasiswa sehingga dapat melanjutkan perkuliahannya.
Hari-hari keluarga Amira selalu diliputi kesedihan. Ujian hidup yang seolah datang bertubi-tubi membuat gadis itu bersedih dan merasa dunia begitu kejam. Di satu sisi, bu Fatimah (ibunya) selalu menguatkannya bahwa suatu saat pertolongan Allah pasti datang.
Amira memiliki adik kecil yang lucu bernama Sarah dan teman-teman kampus yang baik. Adrian, teman Amira yang satu ini paling suka meminjam tugas. Meski terkadang menyebalkan tapi aslinya orangnya baik. Satu lagi, dia narsisme tulen. Nuri, sahabat Amira ini sangat periang dan agak cerewet. Apalagi saat membahas soal pernikahan. Bayangannya langsung tertuju pada pangeran berkuda putih seperti dalam cerita negeri dongeng. Sedangkan Amira, kurang begitu suka ketika membahas pernikahan. Baginya hidup berumah tangga hanya akan diliputi pertengkaran dan kesedihan.
Kisah hidup Amira berlanjut dengan pertemuan pertamanya dengan Fatih di Islamic Book Fair. Saat itu Fatih sedang terburu-buru dan tanpa sengaja menabraknya hingga buku yang dipegangnya terjatuh. Ternyata Fatih-lah penolong Sarah saat ia menangis karena diganggu anak-anak nakal. Sarah tidak akan pernah lupa dengan kenangannya bersama Fatih, coklat besar-besar, serta danau tanpa ombak. Fatih seorang pemuda berhati baik, penuh ide, dan suka bercanda. Dimana pun ada diaselalu ada saja candaan yang membuat orang tersenyum. Namun dibalik canda dan tawanya ternyata dia menyimpan sebuah rahasia besar. Sebuah rahasia yang hanya dia, bu Hasanah (ibu angkatnya) dan Allah swt yang tahu.
Di sisi lain, diceritakan pula tentang Fahmi. Kawan karib Fatih semenjak masih di Panti Asuhan. Ada kenangan sendiri ketika mereka hidup dalam Panti. Kenangan yang tidak akan pernah mereka lupakan. Kenangan yang membuat mereka sepakat menjadi saudara selamanya. Fahmi adalah pemuda yang baik dan senang membantu. Fahmi pula yang turut andil merenovasi warung Reformasi milik ibunya Amira. Semenjak bertemu dengan Amira, diam-diam ada rasa aneh yang terselip dan bergemuruh di dadanya. Rasa aneh yang hanya orang-orang tertentu yang sanggup merasakannya.
Bagaimana kelanjutan kisah Amira, Fatih, dan Fahmi selanjutnya? Apa Rahasia besar yang dipendam Fatih? Dan mengapa harus tanah surga?.
***
Novel ini adalah buku ke lima Mas Suli yang sudah saya baca. Mas Suli sendiri adalah alumni Matematika Fakultas MIPA di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang penulis yang cukup handal di bidang sains membuat novel ini semakin berisi dengan bagian cerita yang berkaitan dengan metode Markow Chain Monte Carlo. Setting tempat pun terasa nyata digambarkan oleh penulisnya karena secara langsung penulis mempunyai sejarah hidup di kota itu.
Ketika membaca bagian pertama, sensasi humor sudah bisa dirasa. Saya bisa membayangkan betapa lucunya seorang kakek tua keriput menggendong istrinya yang juga sudah tua keriput mengelilingi halaman depan rumah hanya karena tak terima didakwa tua. Interaksi antar tokoh serta alur cerita flashbackmembuat isi cerita terlihat nyata. Novel ini bukan sekadar fiksi biasa. Setiap kalimat membawa pembaca seperti turut berada pada situasi didalamnya. Jalan cerita yang lucu dan menarik, bisa membuat pembaca jadi senyum-senyum sendiri. Penulis berhasil menyuguhkannya dengan warna berbeda sesuai dengan ciri khasnya sendiri.
Cerita tidak hanya berkutat pada konflik percintaan antara tiga anak manusia. Beberapa yang jarang disuguhkan dalam novel-novel roman lain seperti diselipkannya seorang tokoh sejarah Islam. Muhammad Al-Fatih, penakluk benteng terkuat imperium Byzantium-Konstantinopel, yang secara eksplisit digambarkan pada nama salah satu tokoh di novel ini.
Racikan-racikan motivasi dapat kita temui di dalamnya, seperti bagaimana cara mendidik anak dan rahasia sukses dalam hidup. Penulis banyak memberikan pesan moral terutama bagi kaum muda-mudi yang mungkin sedang dilanda rasa aneh dan bingung harus berbuat apa, disini akan ditemui jawabannya.
Salah satu kelebihan lain dari novel ini adalah konflik batin antar tokoh yang cukup banyak namun mampu dituntaskan dengan baik. Fokus cerita yang berpindah dari masa kini ke masa lalu di tiap bagiannya, membuat sebagian pembaca harus pandai dalam memahaminya. Jika pembaca jeli, di bagian tengah novel ini tersirat rahasia besar yang dipendam tokoh Fatih dan tanah surga. Namun ada satu bagian yang belum diulas secara dalam sehingga membuat pembaca bertanya-tanya, yaitu tentang penyebab meninggalnya Nisa dan Nadia.
Pada bab-bab menjelang ending, penulis mulai mengungkapkan rahasia yang dipendam oleh tokoh Fatih. Ending cerita yang mengharukan membuat pembaca akan meneteskan air mata. Disini akan pembaca temui, apa hakikat cinta sebenarnya.
Judul Buku : Amira Cinta dari Tanah Surga
Penulis : Suliwe
Penerbit : Gema Insani
Tahun Terbit : 2011
Tebal Buku : 232 Halaman
Ukuran Buku : 18,3 cm
ISBN : 978-979-077-246-5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H