Mohon tunggu...
Masfik Seven
Masfik Seven Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi

Bismillah! Lillah!

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film "Before the Flood" (2016)

18 November 2020   09:55 Diperbarui: 2 November 2021   12:30 3255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Before the flood. [Sumber foto: t1.gstatic.com]

Film ini juga mengungkap bahwa ada sekelompok kepentingan yang kontra terhadap isu pemanasan global ini. Mereka merasa terancam dengan adanya isu tersebut, sehingga mereka menyebarkan informasi bahwa isu tersebut adalah suatu kebohongan. 

Oleh karenanya, tak bisa dipungkiri bahwa tantangan ilmuwan dan aktivis lingkungan ialah berhadapan dengan kekuatan kepentingan tersebut, mereka adalah perusahaan pemegang saham bahan bakar fosil. 

Mereka layaknya raksasa yang telah mengendalikan semua sektor (politik, sains, dan media) untuk menjaga kekayaan mereka tanpa memperdulikan kerusakan yang ditimbulkan.

Perjalanan mereka berlanjut ke negara-negara dengan populasi terbesar, seperti China, India, Indonesia dan Amerika Serikat. Populasi yang tinggi menyebabkan kebutuhan energi juga tinggi. 

Lebih jauh lagi, setiap negara juga memiliki permasalahan lokal yang berkaitan dengan isu energi, iklim dan lingkungan. Diantaranya para petani di India kehilangan ladangnya karena terendam akibat curah hujan yang meningkat. 

Permukaan laut naik dan menghancurkan rumah-rumah warga di Kiribati, Palau, dan Kepulauan Oceania lainnya. Ribuan terumbu karang tenggelam dan akhirnya mati, hingga ekosistem laut pun rusak. Padahal, terumbu karang mampu menyerap 1/3 CO2 dan mengurangi efek rumah kaca. 

Hutan hujan tropis pun semakin berkurang akibat pembakaran dan deforestasi untuk membuka lahan kelapa sawit di Sumatera, Indonesia dan peternakan sapi di Amazon, Brazil. Akibatnya, banyak spesies flora dan fauna kehilangan habitatnya.

Ada satu momentum yang menjadi ketakutan bagi ilmuwan, yaitu ketika alam menemukan titik baliknya dan mempercepat proses pemanasan global. Diantara momentum tersebut ialah warna es Greenland berubah menjadi hitam. 

Ketika itu, ia tidak lagi menjadi pendingin Bumi, namun menjadi pemanas karena warna gelapnya yang menyerap panas matahari. Sehingga, pemanasan global menjadi lebih cepat terjadi. Kemudian, gas metana yang terperangkap di dalam lapisan es tebal akan keluar ketika lapisan es tersebut meleleh. Akibatnya, emisi karbon semakin bertambah dan suhu Bumi akan semakin meningkat.

Pada 30 menit terakhir film ini, ia menunjukkan potensi-potensi positif dan optimisme untuk menghadapi perubahan iklim. Seperti Gigafactory rancangan Elon Musk (CEO SPACEX dan TESLA), serta Carbon Tax (Pajak Karbon) yang dikemukakan oleh Gregory Mankiw (Politikus AS dan Guru Besar Ekonomi, Harvard University). 

Konferensi Internasional membahas isu lingkungan dan perubahan iklim beberapa kali terlaksana dengan baik, seperti Rio de Janeiro Earth Summit tahun 1992 dan Paris Agreement tahun 2015. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun