Pada praktiknya, kegiatan diplomasi yang dilaksanakan seorang diplomat adalah diplomasi individual. Salah satu komponen yang berpengaruh dalam seni berdiplomasi adalah kemampuan diplomat dalam mempergunakan tact (kebijaksanaan) dan intelligence (kecerdasan).
Dobrynin (1995:5) dalam memoarnya itu menulis, "Satu pelajaran penting dari pengalaman diplomatik adalah bagaimana sifat manusia dan hubungan insani benar-benar memengaruhi hasil diplomasi, bukan semata-mata oleh keterampilan profesional dan kemampuan berkomunikasi dengan publik, melainkan juga oleh keterampilan yang sifatnya sangat pribadi."
Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam menjalankan sebuah diplomasi, diantaranya ialah: didasarkan atas asas manfaat bersama yang berkeadilan; anti penindasan; mengakui kesamaan derajat; diplomasi harus tunduk pada tata hukum; keamanan diplomasi harus terjamin; menjunjung sopan santun; didasari nilai kejujuran dan ketulusan; tidak boleh disalahgunakan untuk tipu daya; dan diplomasi bukan digunakan untuk menyebarkan provokasi.
Selain itu, diplomat juga harus menjunjung nilai-nilai moralitas antara lain: delegasi tidak boleh terlibat didalamnya orang-orang yang tercela; diplomasi dilakukan atas nama negara; tuan rumah harus mampu menjamin keselamatan jiwa dan harta benda delegasi; diplomat dilarang mengucapkan sumpah serapah; tuan rumah harus membebaskan delegasi untuk menjalankan ritual keyakinan agamanya; delegasi tidak boleh melakukan kegiatan mata-mata atau mengganggu; diplomat dianjurkan untuk berlaku simpati dan memberikan hadiah; menjaga sikap sopan dan dapat dipercaya; menjalin komunikasi yang baik dan efektif; berusaha untuk mencapai tujuan diplomasi dan memperjuangkan kebenaran; dan loyal kepada negara pengutus, tidak menggadaikan diplomasi untuk kepentingan negara lain.
- Kualifikasi Seorang Diplomat
Diantara kualifikasi yang harus dipenuhi seorang diplomat adalah mampu mengikuti aturan protokoler; memiliki wawasan luas; dan harus berkarakter kuat.
- Bahasa Diplomat
Bahasa diplomasi adalah bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi diplomatik. Tidak ada ketentuan bahasa apa yang harus dipakai dalam komunikasi diplomatik. Namun, yang jelas bahasa yang dipergunakan haruslah bahasa yang sama-sama dapat dimengerti atau dipahami pihak-pihak yang bersangkutan dalam komunikasi internasional.
- Ciri Bahasa Diplomasi
Dalam melaksanakan komunikasi diplomatik, diplomat menggunakan bahasa diplomasi, yaitu seni berbahasa dengan memerhatikan etika, tata krama, atau sopan santun internasional, tidak kasar atau menyinggung perasaan, apalagi merendahkan. Dengan kata lain, tidak mengandung risiko psikologis bagi mitra dialog.
Bahasa diplomasi mengandung pandangan diplomatik suatu negara atau kelompok. Bahasa diplomasi merupakan bahasa yang logis atau tampak logis. Bahasa diplomasi selalu berusaha terdengar mulia dan terhormat meskipun tidak sesuai fakta. Bahasa diplomasi digunakan tanpa emosionalitas tetapi fleksibilitas.
- Penguasaan Simbol-simbol
Seorang diplomat harus menguasai simbol-simbol, baik berupa gerak-gerik, gambar, maupun kata-kata sehingga ia mampu menangkap maknanya. Itu berarti seorang diplomat harus menguasai simbol-simbol, terutama yang digunakan dalam diplomasi dan komunikasi dengan masyarakat di negara akreditasi.
Proses pemaknaan simbol memerlukan kecerdasan pemikiran dan ketelitian menarik stimulus sehingga komunikasi akan berlangsung efektif.
- Interaksi Simbolik
Sandi berbeda dengan simbol. Sandi hanya dimengerti oleh pembuatnya dan mereka yang terlibat dalam komunikasi dengan bahasa sandi. Sandi biasanya digunakan oleh lingkungan tertentu, khususnya intelijen.