Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Putuskan Mata Rantai Penyebaran Covid dengan Perkuat Ketahanan Pangan

14 April 2020   14:51 Diperbarui: 15 April 2020   16:34 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras. (Foto: KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Tentu saja ini bukan pada sekadar mengamankan pangan pada tataran nasional yang meliputi ketersediaan yang cukup untuk masa tertentu dan keterjangkauan harga. Tapi juga harus dipikirkan bagaimana rumah tangga miskin yang jumlahnya mencapai 9,22% (BPS, September 2019) atau sekitar 25 juta jiwa ini?

Kebijakan realokasi APBN dan APBD untuk penanganan covid memang sudah dilakukan, namun apakan kebijakan itu sudah mampu memperkuat ketahanan pangan keluarga miskin? Tentu masih perlu kajian dan analisis mendalam. 

Mestinya pergeseran anggaran pemerintah secara prioritas harus mampu memperkuat ketahanan pangan rumah tangga miskin ini agar jutaan jiwa dapat memenuhi kebutuhan pokoknya (bahan makanan 73,75 % dan non-pangan 26,25 %, standar untuk memenuhi kebutuhan pokok).

Kita punya pengalaman pada masa Orde Lama dan Orde Baru bahwa krisis politik yang berujung konflik sosial, terjadi didahului krisis ekonomi, dan krisis ekonomi didahului dengan krisis pangan. 

Tentu kita semua berharap hal ini jangan lagi terulang, karena biaya politik sangatlah mahal. Belajar dari pengalaman tersebut, kita akan sadar bahwa ketahanan pangan suatu negara sangat penting karena terkait dengan dimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. 

Tanpa ketahanan pangan yang kuat, maka ketahanan negara juga akan rapuh dan mudah diintervensi oleh pihak luar. Dan ketahanan pangan negara terbangun dari ketahanan pangan rumah tangga.

Sepertinya kita juga perlu belajar dari pengalaman Uni Soviet, sebuah negara yang dulunya menjadi negara adidaya, tapi akhirnya bubar tahun 1992 bukan karena perang, tetapi karena glasnost dan perestroika. 

Kebijakan keterbukaan yang diterapkan oleh presiden Mikail Gorbachev ini sebenarnya bagus, namun kemudian gagal akibat krisis pangan yang melanda negara tersebut. 

Serangan hama pada lahan pertanian yang begitu masif, membuat cadangan pangan negara ini lumpuh karena Uni Sovyet tidak memiliki sistem mitigasi yang baik. 

Antrean pangan menjadi pemandangan biasa poada waktu itu, karena stok pangan nasional mereka sangat terbatas. Akibatnya timbul krisis ekonomi yang berujung pada krisis politik yang berdampaok pada bubarnya negara persekutuan Uni Sovyet.

Tentu kita tidak ingin gegara virus corona ini, kemudian terjadi krisis pangan negara kita. Jangan sampai karena lemah dalam ketahanan pangan, akhirnya negara kita terjerumus pada krisi ekonomi dan krisis politik yang bukan tidak mungkin berakibat kehancuran negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun