"Kami tau modal petani cukup besar, tidak mungkin lah kami mempermainkan harga, hanya saat ini kondisi memang diluar kemampuan kami, kalau dipikir rugi, kami juga rugi karena tidak semua barang yang sudah kami beli bisa kami jual keluar" ungkap pedagang pengumpul itu.
Dalam kondisi seperti ini, pihak terkait pun rasanya sulit untuk mencarikan solusi terbaik, karena dengan status tanggap darurat bencana non alam seperti saat ini, masing-masing daerah menutup akses keluar masuk sehingga perdagangan produk pertaian antar daerah juga terdampak.
Meski beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bener meriah telah melihat langsung dan bertemu dengan para petani dan pedagang, namun mereka juga belum bisa memberikan solusi.
Kita hanya bisa berharap wabah covid ini segera berakhir, sehingga jeritan petani tomat di Bener Meriah , dan petani lainnya juga segera terhenti.Â
Seperti diketahui, bahwa wilayah kabupaten Bener Meriah memiliki potensi hortikultura terutama sayur-sayuran yang luar biasa.Â
Dalam kondisi normal, daerah ini menjadi pemasok berbagai jenis sayuran seperti Kentang, Kol, Wortel, Cabe, Tomat dan lain-lannya bagi daeraha lain baik di provinsi Aceh maupu Sumatera Utara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H