Lebih lanjut Supri menjelaskan, meski kejadian tersebut hanya sebentar tapi cukup banyak bitiran es yang menutupi beberapa kampung di sekitar tempat tinggalnya di kampung Paya Tungel.
"Saya sudah melakukan pengecekan ke beberapa tempat, butiran es yang sangat banyak itu menutupi puluhan hektar lahan pertanian, dan rata-rata tanaman yang terdampak mengalami kerusakan parah, saya juga melihat butiran-butiran es sebesar kelereng merusak atap rumah warga yang terbuat dari seng," lanjunya
Butiran-butiran es itu juga sangat keras, sampai bisa menembus seng, bahkan menurut pengamatan Supri, sampai dengan hari ini, sebagian butiran es yang menutupi lahan pertanian, belum mencair meski sudah terkena terik matahari. Beberapa jenis tanaman seperti cabe, tomat, bawang merah, bawang putih langsung menampakkan kerusakan pasca terjadinya hujan es tersebut, begitu juga tanaman tahunan seperti kopi juga mengalami kerusakan terutama pada bagian daun yang terlihat seperti hangus terbakar.
Meski sangat terpukul dengan kejadian ini, warga terlihat pasrah, karena mereka menganggap ini musibah dan ujian dari Tuhan. Mereka hanya berharap kejadian serupa tidak terulang lagi, sehingga mereka bisa segera memperbaiki rumah dan kembali bertani seperti semula untuk mengganti tanaman mereka yang rusak akibat bencana ini.
Wilayah kecamatan Jagong Jeget sendiri merupakan daerah eks-pemukiman transmigrasi yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani yang menggantungkan hidup mereka dari usaha tani kopi arabika dan berbagai komoditi hortikultura.
"Kami sadar, ini musibah dan ujian dari Allah, Insya Allah kami bisa menerimanya dengan sabar, kami cuma berharap semoga saja kejadian ini tidak terulang lagi, sehingga kami bisa segera memperbaiki kerusakan dan beraktifitas kembali seperti semula" ungkap Ustadz Mahbub Fauzi, salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H