Selain mengandalkan satelit cuaca, informasi cuaca dan iklim yang kemudian disampaikan oleh BMKG kepada publik, berasal dari hasil pengamatan, pengukuran  dan pencatatan alat klimatologi.Â
Data curah hujan misalnya, berasal dari hasil pengamatan dan pencatatan alat penakar hujan baik yang manual (type OBS), semi maual (type Hellman) maupun otomatis (Automatic Rain Gauge/ARG) yang dilakukan secara terus menerus. Data curah hujan ini kemudian dijadikan oleh BMKG dalam menyusun analisa dan prakiraan hujan di berbagai wilayah serta  menentukan awal musim hujan dan kemarau.
Begitu juga dengan keberadaan alat pengukur arah dan kecepatan angin (Anemometer), hasil pengukuran dan pencatatan dari alat ini, akan menjadi dasar informasi tentang arah dan kecepatan angin di suatu daerah pada waktu tertentu dan sarana peringatan dini (early warning) kemungkinan terjadinya angin kencang, badai dan ketinggian gelombang
Secara kumulatif, hasil pengamatan, pengukuran dan pencatatan alat-alat klimatologi itulah yang kemudian menjadi acuan dalam menyusun informasi, analisis dan prakiraan cuaca dan iklim yang jika diakses oleh publik akan sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan baik oleh stake holder terkait, kelompok komunitas maupun perorangan.
Bagi komunitas seperti kelompok tani, informasi iklim dan cuaca dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menyusun pola dan jadwal tanam yang dilakukan secara berkelompok, dengan demikian dapat menekan biaya produksi dan tidak terjadi over produksi di suatu waktu dan kelangkaan produksi di waktu lainnya, sehingga harga produk pertanian terjaga stabilitasnya.
Sementara bagi perorangan, informasi cuaca dan iklim sangat dibutuhkan untuk semua profesi, mulai dari petani, nelayan, pengusaha, peneliti, kontraktor dan bidang jasa lainnya, karena sangat terkait erat dengan schedule aktifitas mereka. Seorang petani misalnya, akan terkendala aktifitas usaha taninya pada saat ketersediaan air terbatas atau pada saat air berlebihan.Â
Dengan kemampuan dan kemauan mengakses informasi iklim dan cuaca, petani akan lebih tepat dalam mengatur pola taman maupun jadwal tanam sertamemilih  komoditi tepat yang akan dibudidayakan. Begitu juga dengan nelayan, dengan mengetahui informasi cuca dan iklim, akan dapat menentukan kapan waktu melaut yang tepat.Â
Perlu dukungan pemerintah daerah
Kembali kepada masalah keterbatasan peralatan klimatologi yang dimiliki oleh BMKG sehingga tidak bisa dipasang di semua wilayah, tentu sangat diharapkan partisipasi aktif pemerintah daerah untuk mendukung aktifitas pemantauan cuca dan iklim di daerah masing-masing.Â
Sistem dekonsentrasi anggaran pada era otonomi daerah, berakibat sebagian besar anggaran pembangunan di daerah dikelola oleh masing-masing daerah. Kondisi demikian sangat memungkinkan daerah untuk dapat melakukan sharing anggaran untuk mendukung aktifitas klimatologi ini.