Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pasar Tani Aceh, Solusi Pemasaran Produk-produk Pertanian

24 Januari 2019   08:50 Diperbarui: 25 Januari 2019   07:09 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)

Pemasaran hasil pertanian, khususnya produk hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, masih sering menjadi kendala klasik bagi para petani. Masih relatif rendahnya bargaining position petani dalam mata rantai pemasaran hasil pertanian dan penguasaan akses pasar yang masih terbatas, sering menjadi musabab kesulitan petani dalam memasarkan produk yang mereka hasilkan.

Tidak mengherankan jika kemudian sering terjadi fluktuasi harga yang sangat tajam pada produk hortikultura seperti cabai, tomat, kol, bawang merah dan beberapa produk yang daya simpannya rendah. Pada waktu tertentu harganya bisa melambung, tapi pada saat yang lain harganya 'terjun bebas'. Kasus pembuangan cabai oleh para petani di Jawa Tengah gegara anjlknya harga cabai beberapa waktu yang lalu, adalah contoh kasus ketidak berdayaan petani dalam penentuan produk pertanian yang mereka hasilkan.

Sebenarnya kendala ini bisa diatasi jika pihak-pihak terkait mampu bersinergi secara baik dan punya keseriusan untuk membantu petani. Seperti kita ketahui, bahwa rantai pemasaran produk pertanian melibatkan banyak pihak, mulai dari petani sebagai pelaku utama, pedagang sebagai pelaku usaha, instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi sampai kalangan swasta atau pelaku usaha skala besar.

Kalau saja instansi pemerintah yang terkait mampu 'menjembatani' hubungan kerjasama antara pelaku utama dengan pelaku usaha, 'gap' yang terlalu besar antara petani dengan pedagang akan bisa diperkecil. Kemudahan akses pasar dan jaminan stabilitas harga adalah hal mutlak yang tidak bisa ditawar jika kita ingin melihat petani kita sejahtera.

Sinergi para pihak untuk membantu mengatasi masalah pemasaran produk pertanian, sejatinya jika instansi lintas sektoral mau dan mampu bergandeng tangan untuk mencari sekaligus memberi solusi. Sebagai contoh, ketika instansi pertanian telah memiliki data luas tanam komoditi hortikultura, tentu sudah ada prediksi bahwa 2 -- 3 bulan kedepan aka nada produksi komoditi tersebut dalam jumlah atau besaran tetentu.

Nah pada saat itu instansi pertanian kemudian memberikan data tersebut kepada instansi perdagangan dan koperasi sekaligus meminta bantuan untuk mencarikan pangsa pasar produk yang akan dihasilkan tersebut.

Pihak Instansi perdagangan atau koperasi yang telah meiliki data riil, kemudian bisa membuka jaringan pasar atau menjalin kerjasama dengan pihak swasta di bidang perdagangan yang memang menjadi domain mereka, sehingga pada saat petani memasuki masa panen, 'lubang' pemasaran sudah terbuka.

Bantu pemasaran, Distanbun Aceh gelar Pasar Tani.

Namun realita di langan menunjukkan bahwa tidak mudah membangun sinergi lintas sektoral, karena selain masing-masing istansi masih mempertahankan ego sektoral, ketersediaan data yang akurat dan valid juga sering menjadi kendala.

Harus diakui, masih banyak instansi yang hanya memiliki data manual yang keakuratan dan validitasnya masih diragukan, padahal kalau setiap instansi terkait sudah memiliki data digital yang bisa diakses secara online, tentu akan lebih mempermudah sinergi antar instansi tersebut. Itulah yang kemudian menjadi titik lemah, belum efektifnya sinergi lintas sektoral dalam membantu pemasaran produk pertanian.

Menyadari 'titik lemah' tersebut, Dinas Pertanian dan Perkebuanan Aceh yang punya 'otoritas' dalam pembinaan petani di provinsi yang berada di ujung barat Indonesia ini, mulai membuat terobosan cerdas untuk membatu memberikan solusi kepada petani.

Memanfaatakan areal halaman dan tempat parkir kantor yang lumayan luas, Kepala Dinas Peertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, A. Hanan, SP, MM pada tahun 2018 lalu, mulai meluncurkan program baru bertajuk 'Pasar Tani'. 

Masih dalam skup kecil memang, tapi setidaknya kahidiran pasar tani yang digelar dua kali dalam sebulan yaitu pada hari Rabu minggu pertama dan ketiga setiap bulannya ini, sudah mampu memberikan solusi pemasaran produk pertanian yang dihasilkan oleh para petani diseputaran Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)
Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)
Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)
Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)
Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)
Gambar 2, Warga kota Banda Acah dan sekitarnya antusias menyambut kehadiran pasar tani (Doc. FMT)
Warga kota Banda Aceh dan sekitarnyapun menyambut antusias kehadiran pasar tani ini, karena mereka bisa memperoleh berbagai jenis saur-sayuran dan buah-buhan segar yang langsung dibawa petani dari kebunnya. 

Bukan hanya produk segar, pasar tani ini juga menampung produk pertanian olahan yang dihasilkan oleh rumah tangga petani di seputaran Banda Aceh dan Aceh Besar. 

Tidak mengherankan jika setiap digelar 2 minggu sekali, pasar dadakan ini ramai diserbu pengunjung. Yang kemudian merasa sumringah, tentu saja para petani dan rumah tangga petani, karena mereka kini punya alternative tempat untuk memasarkan produk pertanian mereka, tentu dengan standar harga yang layak bagi mereka, tapi masih terjangkau oleh konsumen.

Gambar 3, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh selalu menyempatkan diri hadir di pasar tani (Doc. FMT)
Gambar 3, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh selalu menyempatkan diri hadir di pasar tani (Doc. FMT)
Dinilai sukses membantu petani, Hanan beserta jajarannya kemudian meneruskan program pasar tani  pada tahun 2019 ini. Pada gelar pasar tani perdana tahaun 2019 yang digelar pada hari ini (23/1/2019), tampilan pasar tani terlihat semakin semarak dan produk yang dijajakan juga semakin beragam, baik produk segar maupun olahan.

Tak hanya menampung dan memasarkan produk pertanian yang dihasilkan petani, pasar tani ini juga menjadi wadah untuk memasarkan produk pertanian segar maupun olahan yang dihasilkan oleh unit-unit pengelola teknis (UPT) yang berada dibawah Distanbun Aceh seperti UPT Balai Benih Hortikultura, BLPP Aceh, SMK PP Saree dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di seputaran kota Banda Aceh dan Aceh Besar. 

UPT-UPT tersebut memang rata-rata memiliki lahan Demplot percontohan dan unit pengolahan hasil pertanian yang mampu menghasilkan produk pertanian segar maupun olahan. Artinya keberadaan pasar tani ini juga mampu mendorong kemandirian UPTD karena mereka juga bisa mengsailkan pendapatan sendiri melalaui pemasaran produk lewat pasar tani ini.

Gambar 4, Dinilai bermanfaat dan sangat membantu petani, program pasar tani dilanjutkan pada tahun 2019 ini (Doc. FMT)
Gambar 4, Dinilai bermanfaat dan sangat membantu petani, program pasar tani dilanjutkan pada tahun 2019 ini (Doc. FMT)
Geliat Distanbun Aceh dalam memberikan solusi pemasaran produk pertanian ini juga mendapa apresiasi dari berbagai pihak, mulai dari Plt Gubernur Aceh, Ketua Tim Penggerak PKK provinsi Aceh dan bekanagan mulai dilirik oleh kalangan pelaku usaha. Ini yang membuat Hanan semakin optimis mampu memperbesar volume dan jangkauan pasar tani ini.

"Kita sudah melakukan evaluasi program pasar tani ini, ternyata kehadiran pasar tani ini sangat bermanfaatn bagi semua pihak baik produsen maupun konsumen, Insya Allah tahun ini dan selanjutnya kita akan perbesar volume dan memperluas jaringan asar tani ini" ungkap Hanan.

Sayangnya gebrakan Hanan di tingkat provinsi yang sudah berjalan kurang lebih setahun ini belum juga diikuti oleh instansi pertanian maupun pemerintah daerah di kabupaten/kota di Aceh. 

Padahal jika di setiap kabupaten/kota juga ada pasar tani semacam ini, tentu akan semakin banyak petani yang terbantu dalam pemasaran produk yang mereka hasilkan.

Dalam jangka panjang, peran pasar tani seperti ini tentu akan sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Semoga gebrakan Distanbun Aceh ini bisa menggugah para pejabat pertanian di kabupaten/kota, karena untuk menggerakkan pasar tani ini tidak butuh anggaran yang besar, tapi hanya kemauan dan iktikad baik saja yang mampu membangkitkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun