Kecintaan Zaini pada kopi Gayo seperti sudah mendarah daging, selain terus mengajak dan membina petani lainnya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi mereka, dia juga katif mempromosikan kopi Gayo ke ranah nasional.Â
Mengusung kopi terbaik yang berasal dari kebun miliknya, tahun 2014 lalu, Zaini sukses membawa kopi Gayo menjadi kopi terbaik dalam ajang "International Specialty Coffee Festival" di Denpasar Bali. Di ajang Festival Kopi Nusantara yang di adakan di kawana Gunung Ijen, Bondowoso tahun 2016 lalu, Zaini kembali sukses menggondol Juara Kedua.
Merambah Sumatera Utara
Pasca berakhirnya progam IOM di Aceh, bukan berarti ikatan kontraknya dengan organisasi itu terputus. Pengalihan program IOM ke Conservation International Indonesia (CII), sebuah organisasi di bawah pangan dan pertanian dunia, Food and Agricultural Organization (FAO) dari Aceh ke Sumatera Utara, juga ikut menyeret Zaini untuk ikut serta dalam pembinaan petani kopi di wilayah Sumatera Utara.Â
Beberapa daerah di Sumatera Utara yang sedang getol mengembangkan kooditi kopi Arabika Gayo seperti Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Utara dan Tanah Karo, begitu antusias menyambut kedatangan Zaini di daerah mereka. Skill yang dimiliki Zaini memang sangat mereka butuhkan, karena pola konvensional yang mereka kembangkan sebelumnya, belum mampu mendongkrak produksi dan kualitas kopi Arabika mereka.
Meski kecintaan pada tanah kelahirannya begitu besar, namun Zaini tidak merasa keberatan ketika harus berbagi ilmu tentang kopi kepada saudara-saudaranya di Tanah Batak, karena baginya selama ilmu yang dia bermanfaat, dia tidak akan melihat siapa yang mengadopsi ilmunya itu. Lagipula sebelumnya para petani dari wilayah Sumatera Utara juga sudah banyak yang menyambangi kebunnya di Gayo untuk belajar tentang kpi darinya.
Ketika program CII kemudian berakhir di Sumatera Utara, bukan berarti interaksi Zaini dengan masayarkat di daerah itu terpuutus. Sebuah perusahaan di kabupaten Tanah Karo yang sudah lama memantau aktifitas Zaini, kemudian menariknya untuk menjadi konsultan di perusahaan pengekspor kopi tersebut. Tugas Zaini sebagai konsultan PT Agro Kopi Karo ini nyaris tidak berubah dari aktivitas sebelumnya, yaitu membina para petani kopi, hanya saja sekarang fokus di wilayah kaki Gunung Sinabung di Tanah Karo.Â
Bukan semata karena fasilitas dan gaji tinggi yang ditawarkan oleh perusahaan itu, kecintaan Zaini pada kopi Arabika itulah yang membuatnya terus menunjukkan totalitasnya untuk membina petani kopi dimana saja, karena menurutnya kopi itu universal, bukan milik daerah tertentu. Sejak kehadirannya di Tanah Karo tiga tahun lalu, saat ini sudah terjadi peningkatan signifikan dari kopi Arabika Karo, baik dari segi produktivitas maupun kualitas.
Mendirikan Kafe dengan konsep berbeda
Sebenarnya peluang bagi Zaini untuk bertahan di Tanah Karo dengan fasilitas dan gaji besar, masih sangat terbuka, karena perusahaan yang merekrutnya sebagai konsultan, memberi kesempatan kepadanya untuk bergabung sampai kapanpun. Namun kerinduan untu kembali ke tanah kelahirannya yang selama beberapa tahun terpaksa dia tinggalkan, sudah tidak bisa dibendung lagi.Â