Apam juga menjadi "jamuan wajib' bagi para tamu yang datang atau sengaja diundang oleh masyarakat Aceh di bulan tersebut. Bulan berikutnya yaitu bulan Sya'ban, di kalangan masyarakat Aceh dikenal khanduri Bu (kenduri nasi), kenduri ini dilaksanakan tepat pada malam ke 15 bulan Sya'ban atau yang dikenal dengan Nisfu Sya'ban.Â
Masarakat membawa nasi dan berbagai jenis lauk ke masjid atau musala (meunasah) kemudian menyantapnya bersama-sama setelah diawali dengan shalat berjamaan dan do'a bersama.
Di samping kenduri yang sudah ditentukan bulannya, ada juga kenduri yang sifatnya insidentil seperti Khauri Laot yang dilaksanakan untuk memulai aktifitas menangkap ikan di laut, atau Khauri Blang yang dilakukan sebagai tanda dimulainya musim bersawah.Â
Semua jenis kenduri tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan dan keberkahan, karena dalam setiap kenduri tersebut selalu dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku atau ulama setempat.
Khanduri Boh Kayee
Ada satu lagi kenduri adat masyarakat Aceh yang cukup unik, biasanya kenduri ini dilakukan pasca Idul Fitri atau memasuki bulan Dzulkaidah. Kenduri tersebut dinamai Kanduri Boh Kayee atau kenduri buah-buahan, karena dalam kenduri tersebut yang dihidangkan berupa beragai macam buah-buahan lokal baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan seperti rujak, sate buah dan manisan buah.Â
Dalam tradisi masyarakat Aceh, kenduri ini biasa digelar saat memasuki masa panen buah-buahan, di mana sebagian besar hasil panen mereka, bisa segera mereka pasarkan untuk menambah pendapatan mereka. Wilayah Aceh dengan kondisi agroklimat dan topografi beragam, memang memiliki potensi pengembangan berbagai jenis buah-buahan.Â
Di wilayah tengah atau yang dikenal dengan dataran tinggi Gayo, dihasilkan buah jeruk keprok, alpukat, nanas, markisa, kesemek, terong belanda dan sebagainya. Sementara di wilayah pesisir, terdapat potensi buah rambutan, mangga, manggis, berbagai jenis pisang, durian, sawo, pala, semangka, timun, pepaya dan sebagainya.
Dalam upaya melestarikan kearifan lokal itulah, kemudian Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh mencoba kembali mensosialisasikan khanduri boh kayee ini melalui event budaya Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke VII yang digelar pada tahun 2018 ini.Â
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A. Hanan, SP, MP, selain sebagai upaya melestarikan tradisi dan kearifan lokal, simulasi khanduri boh kayee ini juga sebagai upaya untuk mempromosikan potensi pengembangan buah-buahan di provinsi Aceh yang diharapkan akan mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat.