Untuk lahan yang bisa dikerjakan dengan alat berat, akan diturunkan alat ke lokasi tersebut, tapi untuk lahan yang sama sekali tidak bisa dikerjakan dengan alat berat, maka dipakai cara manual. Tujuan mereka hanya satu, program cetak sawah ini harus berhasil, tidak seper i program serupa di daerah lain pada tahun-tahun sebelumnya.
Kerja keras petani yang didukung penuh oleh TNI dan penyuluh inipun tidak sia-sia. Ssetelah digarap hampir  tiap hari non stop selama hampir lima bulan, lahan rawa yang kini telah berubah menjadi petak-petak sawah inipun siap untuk ditanami padi.
Selama 5 bulan tersebut sekitar 46 hektar sawah baru berhasil dicetak di lokasi ini, sebuah keberhasilan yang cukup membanggkan tentunya bagi Dinas Pertanian yang 'punya gawe' program ini. Di penghujung tahun 2017 lalu, para petanipun sudah bisa menanami lahan sawah tersebut dengan benih padi lokal. Dipilihnya benih padi lokal, karena benih padi lokal sudah beradaptasi dengan lahan sawah baru tersebut.
Panen berhasi, petani bersyukur.
Kurang lebih 6 bulan dalam pemeliharaan dan perawatan, mulai bulan Juni 2018 ini, petak-petak sawah baru inipun mulai memasuki masa panen. Petani sudah terlihat sumringah saat padi mereka mulai menguning, karena bulir0bulir padi mereka terlihat bernas dan berisi. Kalaupun ada kendala, hanyalah hama keong mas dan burung saja yang masih bisa mereka kendalikan secara manual.
Tantangan lainnya adalah pengendalian gulma, karena lahan tersebut memang sang subur sehingga rumput-rumput pengganggu cepat sekali tumbuhnya, namun mereka sudah punya pengalaman untuk mengendalikan gulma tersebut, karena penangnnya nyaris sama dengan pengendalian gulma pada tanaman kopi yang menjadi komoditi utama di kampung ini.
Sebagian petani memang sudah memanen padi mereka menjelang hari raya Idul Fitri kemarin, namun sebagian lainnya baru memasuki panen pasca lebaran. Dan hari Minggu kemarin adalah 'puncak' dari panen perdana mereka. Ada sekitar 30 hektar padi yang dipanen bersama anggota Babinsa TNI dari Koramil Jagong Jeget dan para penyuluh dari BPP setempat.
Seorang petani, Nanang (38) mengungkapkan rasa syukurnya dengan lahirnya sawah baru di kampungnya.
"Sewaktu tinggal di Jawa, saya sering membantu orang tua menggarap sawah dan sekarang saya punya lahan sawah sendiri, ini sebuah nikmat besar yang sangat saya syukuri, karena setahun kedepan saya tidak lagi berfikir kebutuhan pangan keluarga saya, jadi hasil pertanian lainnya seperti kopi dan hortikultura bisa saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti menyekolahkan anak dan tentu saja untuk tabungan," ungkapnya yang dibenarkan oleh petani-petani lainnya.
Meski baru pertama kali ditanami padi, namun hasilnya tidak mengecewakan, semua lahan sawah yang sudah ditanami, tidak ada satupun yang mengalami gagal panen. Begitu juga dengan produktifitasnya, cukup tinggi untuk ukuran varietas lokal.