Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Kopi Gayo dari Aceh Jadi Kopi Termahal di Dunia?

7 Juni 2018   11:54 Diperbarui: 8 Juni 2018   00:30 13966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2, Bupati Aceh Tengah dan Bupati Bner Meriah waktu itu, menerima Sertifikat IG Kopi Gayo dari Kemenkumham (Doc. FMT)

Dengan harga tersebut, kondisi petani kopi Gayo terlihat lebih sejahtera karena hasil pertanian mereka, mau dibeli oleh para buyer dengan harga relatif tinggi. Meskipun produktivitas kopi yang mereka capai saat ini belum optimal dan masil dapat ditingkatkan, namun dapat dilihat langsung di lapangan, rata-rata tingkat perekonomian dan kesejahteraan kopi Gayo sudah relative tinggi.

Kalau kita memasuki perkampungan di daerah ini, rumah tinggal penduduk yang kebanyakan berada di tengah rerimbunan kebun kopi, akan terlihat rumah-rumah dengan ukuran besar dan kondisinya bagus. Begitu juga dengan fasilitas kendaraan yang mereka miliki, hampir semua warga memiliki kendaraan bermotor sendiri baik roda empat maupun roda dua, bahkan dalam satu keluarga kepemilikan kendaraan mereka bisa sampai beberapa unit.

Dari hasil kebun kopi ini pula, para petani juga berhasil memberikan fasiltas pendidikan yang cukup baik bagi putra putri mereka, jarang sekali kita lihat petani kopi yang anak-anaknya tidak kuliah.

Gambar 7, Meningkatnya minat pasar terhadap produk kopi Gayo, membuat komoditi ini menjadi andalan perekonomian masyarakat (Doc. FMT)
Gambar 7, Meningkatnya minat pasar terhadap produk kopi Gayo, membuat komoditi ini menjadi andalan perekonomian masyarakat (Doc. FMT)
Hidupnya perekonomian daerah, juga sangat bergantung pada komoditi ini, nyaris tidak pernah ada gejolak ekonomi yang signifikan di daerah ini. Bahkan ketika seluruh wilayah Aceh dilanda konflik berkepanjangan beberapa tahun lalu, dimana wilayah lainnya terimbas dengan porak porandanya perekonomian masyarakat, Dataran Tinggi Gayo nyaris tidak merasakan imbas tersebut. Semua berkat eksistensi kopi Gayo yang selama ini mampu menyangga perekonomian masyarakat.

Selain mampu menjadi penyangga utma perekonomian masyarakat, aktivitas pada usaha tani kopi arabika menyerap relatif banyak tenaga kerja setempat, tenaga kerja ini terutama terserap pada  kegiatan panen dan pasca panen. Dengan dukungan iklim yang sesuai maka kopi arabika kita dapat dipanen sepanjang tahun, meskipun dengan berbagai variasi fluktuasi produksi.

Artinya, pengangguran musiman (seasonal unemployment) yang kerap terjadi di sektor tanaman semusim, semakin berkurang dengan adanya komoditas kopi arabika ini. Dengan dua indikator saja (pendapatan dan penyerapan tenaga kerja), dapat dipastikan bahwa pengembangan kopi arabika berkontribusi positif bagi perekonomian wilayah dataran tinggi Gayo ini.

Dan ketika kopi Gayo kemudian mulai dikenal di seluruh Indonesia, setelah sebelumnya sudah dikenal oleh penikmat kopi dunia, itu berarti perekonomian masyarakat Gayo yang selama ini bergantung pada komoditi 'emas hitam' ini, akan terus 'tegak' berdiri ditengah gelombang krisis yang melanda di semua sector.

Yang kemudian menjadi 'pekerjaan rumah' bagi para pihak yenag terkait dengan pengembangan kopi Gayo ini adalah bagaiman kualitas kopi arabika Gayo ini bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan produktivitasnya, namun masih dengan mempertahankan pola pertanian organiknya.

Munculnya daerah-daerah penghasil kopi arabika  baru dengan kulaitas yang juga semakin membaik seperti Jawa Barat (Kopi Green Preanger), Jawa Timur (Kopi Ijen), Sulawesi Selatan (Kopi Toraja), Sumatera Utara (Kopi Gunung Lintong dan Mandhailing Coffee) bahkan Papua, juga menjadi tantangan baru bagi para petani kopi di dataran tinggi Gayo.

Hanya dengan mempertahankan kualitas, aroma dan rasa serta meningkatkan produktivitas, kopi Gayo akan mampu bertahan dalam persaingan pasar global. Menjadi tugas para penyuluh pertanian dan pemangku kebijakan di daerah ini untuk terus menjaga dan mempertahankan 'marwah' kopi Gayo yang sudah mendunia ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun