Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meski Lulusan SMA, Petani Kopi ini Gajinya Setara "Eselon Dua"

29 Januari 2018   10:06 Diperbarui: 29 Januari 2018   13:18 3258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2, Zaini sangat paham dengan seluk beluk teknis budidaya kopi arabika (Doc. FMT)

Gambar 3. Totalitas Zaini membina petani kopi arabika di Tanah Karo (Doc. FMT)
Gambar 3. Totalitas Zaini membina petani kopi arabika di Tanah Karo (Doc. FMT)
Gajinya setara pejabat eselon dua

Sebagai konsultan pada sebuah perusahan besar, tentu saja skill yang dimiliki oleh Zaini 'dihargai' cukup mahal. Meski scara formal hanya mengantongi ijazah setingkat SMA, namun karena ilmu dan skill yang dimilikinya termasuk langka, maka tak heran jika imbalan yang diterimanya juga lumayan 'fantastis'. 

Ketika penulis mencoba bertanya tentang 'gaji'nya sebagai konsultan, Zaini secara berseloroh mengatakan kalau penghasilannya selama berada di Tanah Karo tidak kalah dengan pendapatan pajabat eselon dua di daerahnya. Malu-malu, dia menyebut angka 16 - 20 juta per bulan, cukup fantastis bukan? Tak hanya gaji yang dia peroleh, perusahaan juga sudah menyediakan fasilitas tempat tinggal baginya sehingga dia dapat menjalankan aktifitasnya dengan nyaman.

Tapi bukan fasilitas atau gaji besar itu yang membuat Zaini merasa 'betah' berada di perantauan, animo dan antusias petani serta dampak nyata dari apa yang sudah dia lakukannya, itu yang membuat kepuasan batinnya. Hanya dalam tempo kurang lebih dua tahun, sudah terjadi peningkatan prodktivitas kopi arabika Karo yang cukup signifikan. 

Kalau dulu kopi hanya dianggap sebagai tanaman selingan, kini sudah menjadi komoditi utama yang menjadi salah satu andalan ekonomi warga Karo. Budidaya kopi di Tanah Karo yang dulunya 'asal-asalan', kini juga telah berubah menjadi budidaya intensif, dan semua itu berkat campur tangan Zaini yang dengan tekun dan sabar membina mereka. Itu pulalah yang menyebabkan PT Agro Kopi Karo mati-matian terus mempertahankan keberadaan Zaini di Tanah Karo.

Namun meski fokus membina petani di Kaki Gunung Sinabung, Zaini juga diberikan kebebasan untuk melakukan aktifitas serupa di daerah lain. Itulah sebabnya, sekarang Zaini sering 'lompat pagar' memenuhi permintaan untuk ikut membina petani kopi di daerah Simalungun, Humbalang Hasundutan (Humbahas), bahkan sampai ke Tapanuli Selatan. Dikenalnya Zaini yang memiliki skill di bidang perkopian, membuat banyak daerah yang 'berebut' ingin menimba ilmu darinya.

Menjelang berakhir 'masa kontrak'nya di Tanah Karo, sepertinya Zaini tidak serta merta bisa segera kembali ke tanah asalnya, sudah banyak tawaran dari berbagai daerah dan perushaan di Sumatera Utara yang ingin merekrutnya, bahkan dengan iming-iming gaji yang jauh lebih besar. Disitu dia mulai menyadari betapa mahlnya sebuah ilmu dan skill, meski di daerahnya sendiri kurang dihargai, ternyata di daerah lain justru dia sangat dicari dan dibutuhkan.

Tetap rindukan Gayo

Sebagai petani yang lahir dan dibesarkan di tanah Gayo, Zaini tetap merindukan tanah kelahirannya itu. Meski selama ini dia telah mendapatkan semua yang dia inginkan, namun sebagai putra Gayo, dia tetap menyimpan keinginan besar untuk memajukan daerahnya sesuai dengan skill yang dimilikinya. 

Bak pepatah 'Hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri', itulah yang selalu terpatri dalam benaknya. Meski di daerah lain dia telah mendapatkan gaji dan fasilitas menggiurkan, namun kemajuan pertanian di daerahnya tetap menjadi impian utamanya. Meskipun terkadang ada keraguan dalam dirinya, mengingat selama ini nyaris tidak ada perhatian dari pemerintah di daerahnya, namun itu tidak memupus semangatnya untuk memajukan dan mensejahterakan petani di daerahnya.

Sebenarnya, sebelum dia melanglangbuana ke provinsi tetangga, sudah banyak kiprah yang dia lakukan untuk daerahnya. Banyak petani kopi Gayo yang dulu pernah dibinanya baik secara individu maupun melalui wadah P4S yang kiti sudah berhasil dengan usaha tani kopi mereka. Namun melihat, produktivitas kopi arabika di daerahnya yang dari waktu ke waktu hanya 'segitu-segitu' saja, timbul keinginan kuat baginya untuk segera kembali ke Gayo untuk ikut berperan aktif membina petani kopi di tanah kelahirannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun