Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meski Lulusan SMA, Petani Kopi ini Gajinya Setara "Eselon Dua"

29 Januari 2018   10:06 Diperbarui: 29 Januari 2018   13:18 3258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya bagi petani di daerahnya, kepada petani yang datang dari luar daerah pun, dia juga memberikan pelayanan pelatihan gratis. Baginya hasil perkebunan kopinya sudah lebih dari cukup untuk mendanai kegiatan sosialnya ini, dan pengabdiannya ini dia anggap sebagai bentuk rasa syukurnya atas nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya. Dalam posisi ini, Zaini benar-benar sudah menjadi seorang 'guru', bukan saja bagi para petani kopi di daerahnya, tapi bagi siapa saja yang ingin belajar darinya.

Namun sayangnya, kerja sukarela yang telah dilakukan oleh Zaini, nyaris tidak mendapatkan respon dari pemerintah daerah setempat. Fasilitas pelatihan berupa bangunan semi permanen berukuran 10 x 40 meter yang berdiri di lahan kebun kopi miliknya itu pun bukan berasal dari bantuan pemerintah daerah, tapi berkat donasi dari CII ditambah dengan swadaya dari kocek pribadinya. Ini yang kemudian membuat Zaini seperti menyimpan sebuah kekecewaan, namun itu tidak mempengaruhi semangat pengabdiannya kepada petani kopi di daerahnya, dia terus menggeluti aksi sosilanya tanpa mengenal pamrih.

Seringnya para petani dari luar daerah, khususnya dari Sumatera Utara, membuat nama Zaini mulai dikenal oleh berbagai kalangan di provinsi tetangganya itu. Begitu juga dengan aktivitasnya mempromosikan kopi Gayo ke berbagai daerah di Indonesia, membuat namanya banyak dikenal oleh berbagai kalangan. 

Dia pernah membawa nama harum Kopi Gayo dalam Festival Kopi Spesialti Dunia di Denpasar Bali, beberapa kali mengikut sertakan kopi Gayo dalam Festival Kopi Nusantara, semuanya dia lakukan secara swadaya, karena dia seperti berpantang untuk 'meminta-minta' kepada pemerintah daerah yang selama ini dia tau sangat minim apresiasi terhadap yang dia lakukan untuk daerahnya.

Terlanjur dikenal sebagai pakar budidaya kopi yang memiliki skill yang sangat memadai, akhirnya Zaini sering diundang ke berbagai daerah untuk memberikan pelatihan kepada petani kopi. Difasilitasi oleh NGO yang mendukung aktifitasnya selama ini, Zaini pun mulai melanglang nusantara dari satu daerah ke daerah lainnya. Ini yang kemudian membuat nama Zaini sekain dikenal oleh banyak kalangan. Belakangan, organisasi pangan dan pertanian dunia FAO (Food and Agricultural Organisation) secara khusus mengontraknya untuk membantu program pemberdayaan petani kopi di wlayah Sumatera Utara.

Dilirik pengusaha kopi di Tanah Karo

Sekitar enam bulan dijalaninya berkeliling berbagai daerah di sumatera utara dibawah 'bendera' FAO, kemampuan Zaini mulai dilirik oleh pelaku usaha pertanian di Sumatera Utara. Banyak pihak yang kemudian ingin menjalin kerjasama dengannya, tawaran demi tawaran dari berbagai pihak pun mulai berdatangan, seolah 'berebut' untuk menarik Zaini menjadi konsultan di perusahaan mereka.

Begitu selesai menjalankan kotraknya dengan FAO, sebuah perusahaan agribisnis, PT Agro Kopi Karo langsung 'menyandera'nya. Perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kopi dari hulu ke hilir ini, langsung "mengikat" Zaini untuk menjadi konsultan kopi di perushaan tersebut. Perusahaan yang berpusat di kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara itu memang memiliki ribuan petani binaan yang tersebar di seantero kabupaten Tanah Karo. 

Peningkatan kualitas kopi arabika mulai dari hulu yaitu di tingkat petani, memang menjadi salah satu fokus dari perusahaan ini. Dan untuk membina petani kopi di daerah ini, dibutuhkan seorang yang meiliki pengetahuan dan skill memadai di bidang teknis budidaya kopi. Melihat 'sepak terjang' Zaini selama ini, manajemen perusahaan itu menganggap bahwa merekrut Zaini sebagai konsultan bagi petani petani binaan mereka adalah langkah yang sangat tepat, karena kapasitas Zaini sudah tidak diragukan lagi.

Merasa diberikan kepercayaan penuh, Zaininpun mulai menunjukkan totalitasnya, dia tidak ingin mengecewakan pihak yang telah merekrut dan memberi apresiasi yang cukup besar kepadanya. Tanpa sungkan lagi, Zaini pun mulai 'blusukan' dari satu daerah ke daerah lainya untuk memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada para petani yang sebagian besar berada di kaki Gunung Sinabung itu. Yang kemudian membuat dia semakin bersemangat, adalah karena para petani di Tanah Karo itu begitu antusias menerima pembelajaran dari Zaini.

Tak sekedar membina petani, Zaini pun mulai menyiapkan kader-kader lokal yang memiliki potensi untuk membantunya dalam melakukan pembinaan kepada petani di daerah itu. Dia menyadari, dengan cakupan wilayah yang sangat luas, tidak mungkin dia 'bermain' sendiri, itulah sebabnya, secara spesifik dia kemudian membina kader-kader budidaya kopi, baginya tidak ada ruginya berbagi ilmu dan skill kepada orang lain. Menjelang dua tahun keberdaannya di Tanah Karo, dia sudah berhasil membina sekitar seratus orang kader yang sudah bisa dia andalkan untuk membantu bahkan sesekali menggantikan posisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun