Cukup mudah bukan?, namun meski kelihatannya mudah dan sederhana, perbanyakan benih kentang dengan sistim stek batang ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, serta tidak dilakukan secara sembarangan. Yang perlu diperhatikan adalah, sumber stek harus berasal dari benih yang benar-benar sehat, begitu pesan Kang Agus.
Untuk tahap awal, instansi teknis pertanian bersama penyuluh pertanian yang pernah menimba ilmu di BPBK inilah yang harus terlebih dulu mencobanya di lahan atau areal Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) masing-masing.Â
Setelah berhasil dengan percobaan tersebut, kemudian ajak para petani dan juga peangkar benih untuk belajar bersama mempraktekkan cara perbanyakan benih dengan sistim stek batang ini melalui kursus tani atau pelatihan. Setelah petani mahir, penyuluh tinggal melakukan pendampingan dan bimbingan ketika para petani mulai mepraktekkan cara perbanyakan benih ini di lahan mereka.
Dengan sinergi yang baik, Insya Allah, masalah kelangkaan dan mahalnya harga benih kentang yang selama ini menjadi kendala bagi petani di Gayo, akan dapat teratasi dengan menerapkan 'ilmu' baru ini.Â
Meski bagi para penangkar benih kentang d Pengalengan, bukan hal yang baru, namun bagi petani Gayo, masih butuh pembelajaran intensif untuk bisa mengadopsi teknologi perbenihan ini.
Ketika ada sesuatu yang bermanfaat yang dilihat dan didengar dari obyek studi banding, kemudian bisa diadopsi dan diterapkan di daerah asal, maka itulah esensi dari study banding penyuluh, seperti yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian Aceh Tengah di Pengalengan, Bandung baru-baru ini. Tanpa adopsi teknologi, studi banding, tidak akan lebih dari sekedar jalan jalan biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H