"Multi Effect" Menulis di Kompasiana

Manfaat kedua yang dapat saya rasakan dari aktivitas menulis di Kompasiana, adalah dampak ekonomis bagi petani yang kebetulan saya angkat sebagai obyek tulisan saya. Contoh kecil, ketika saya mengangkat sosok seorang penangkar benih cabe di daerah kami, tak lama kemudian sang petani yang menjadi sosok sentral dari tulisan saya itu, kemudian mulai kebanjiran order benih cabe dari berbagai daerah.

Gambar 4, Pak Kasdi, penangkar benih cabai yang kini 'kebanjiran' order setelah saya 'angkat lewat' Kompasiana (Doc. FMT)

Begitu juga ketika saya sedikit gencar memublikasikan produk pertanian organik di daerah kami, permintaan konsumen akan produk-produk pertanian organik, mulai meningkat secara signifikan, dan manfaat dari semua itu langsung dirasakan oleh para petani. Dan ternyata itu sangat relevan dengan tugas pokok dan fungsi dari instansi tempat saya bertugas, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani.

Gambar 5, Kentang organik, komoditi pertanian yang makin populer setelah saya publikasikan melalui Kompasiana (Doc. FMT)

c. Menangkal asumsi dan isu negatif tentang penyuluh pertanian

Salah satu yang menjadi keprihatinan saya saat mulai eksis menulis adalah melihat kenyataan bahwa eksistensi penyuluh pertanian, kurang diakui oleh masyarakat maupun kalangan legislative. Padahal mereka sudah bekerja maksimal melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani sehingga para petani mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka. Para penyuluh itu juga sudah bekerja tanpa mengenal waktu dan terkadang harus berhadapan dengan kendala alam yang sejatinya bisa mengancam keselamatan mereka.

Kondisi topografis dan geografis Kabupaten Aceh Tengah yang berbukit dengan kondisi jalan yang belum semuanya baik, menjadi tantangan tersendiri bagi para penyuluh. Begitu juga dengan jarak antara satu desa dengan desa lainnya yang cukup berjauhan, juga merupakan kendala yang harus ditaklukkan oleh para penyuluh. Namun kerja keras mereka tidak pernah mendapat apresiasi, bahkan dalam berbagai pertemuan resmi, ada beberapa kalangan yang mneyatakan bahwa para penyuluh tidak bekerja.

Usut punya usut, ternyata biang dari asumsi negatif itu adalah karena minimnya publikasi tentang aktivitas mereka. Tidak tereksposnya aktivitas mereka melalui media, membuat sebagian kalangan tidak tau persis apa yang sudah dilakukan oleh para penyuluh. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi yang "kurang sehat" itu, kemudian perlahan coba saya angkat satu persatu kiprah para penyuluh pertanian yang bertugas di daerah kami. 

Sisi inspiratif dan kreativitas penyuluh yang selalu saya tonjolkan dalam tulisan saya, secara perlahan akhirnya mampu memupus anggapan negatif tentang kinerja para penyuluh pertanian. Alhamdulillah, setelah tiga tahun saya eksis mengangkat kiprah mereka melalui Kompasiana, sekarang sudah tidak pernah terdengar lagi ungkapan bebgai kalangan yang mengatakan bahwa penyuluh tidak bekerja. Secara tidak langsung, upaya saya 'menangkal' isu negatif itu, akhirnya berdampak positif bagi para penyuluh, kinerja mereka meningkat dalam menjalankan tugas mereka memberikan penyuluhan kepada petani.

Gambar 6, Setelah sering saya tulis kiprah mereka, tak ada lagi yang bilang 'penyuluh tidak bekerja' (Doc. FMT)

d. Akhirnya berkiprah melebihi kapasitas

Eksis menulis di Kompasiana, akhirnya membuat saya banyak mengenal dan dikenal banyak orang dari berbagai kalangan. Saya mulai dekat dengan teman-teman media, kenal dengan para pejabat mulai dari tingkat daerah sampai ke pusat, bahkan kenal dengan hampir semua petani dan kelompok tani di daerah kami, karena sambil mencari inspirasi menulis atau meliput kegiatan petani, saya juga memanfaatkan momentum itu untuk melakukan aktivitas kepenyuluhan saya. Tak heran, setiap kali turun ke lapangan, mereka sering menghadiahi saya oleh-oleh berupa hasil pertanian mereka. Dan yang paling merasakan dampak positifnya adalah isteri saya, oleh-oleh dari para petani itu tentu sangat membantu untuk menghemat pengeluarannya.

Gambar 7, Usai meliput, tak jarang dapat oleh-oleh dari petani (Doc. FMT)

Aktivitas menulis ini pulalah yang akhirnya membawa saya ke dunia yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, bahkan bermimpipun tidak pernah. Berbekal sedikit pengalaman menulis, yang ternyata dianggap sebagai aset berharga, akhirnya sebuah balai diklat pertanian di Provinsi Aceh kemudian menarik saya untuk menjadi salah seorang narasumber atau pemateri dai balai diklat itu. Kebetulan, menulis merupakan sebuah kegiatan yang menjadi salah satu tugas utama para penyuluh pertanian dalam pengembangan profesi mereka. 

Namun sayangnya, nyaris belum ada seorang penyuluh pun yang eksis untuk menulis. Minimnya pengetahuan dan pengalaman tentang menulis, menjadi salah satu alasan mengapa mereka tidak menulis, padahal dengan aktif menulis, karis mereka bisa "melesat" ke puncak.