Tahun 2017 ini, tawaran itu akhirnya beliau wujudkan, dalam 'frame' Diklat Peningkatan Kompetensi Penyuluh bagi para penyuluh pertanian se provinsi Aceh ini, malah aku diberi 'porsi' dua materi sekaligus dan diberikan alokasi waktu 12 jam pelajaran atau nyaris satu setengah hari full. Ini tentu tidak lagi ajang 'uji coba', tapi bagiku sudah kuanggap sebagai ajang 'uji kredibilitas'.Â
Itulah sebabnya aku berusaha menyiapkan materi sebaik mungkin, selain supaya beliau tidak kecewa dengan kepercayaan yang sudah beliau berikan padaku, aku juga sudah mulai mengarahkan aktifitasku ini dengan orientasi manfaat. Artinya keberadaanku di balai diklat ini, harus memiliki dampak manfaat bagi peserta diklat. Meski 'modal'nya masih tetap sama yaitu pengalaman menulis di berbagai media, namun aku berupaya apa yang kusampaikan nantinya benar-benar memenuhi persayaratan teknis kurikulum balai diklat tingkat provinsi.
Alhamdulillah, sampai dengan angkatan ke empat yang berakhir pada tanggal 17 Oktober 2017 ini, aku masih diberi kepercayaan untuk mengampu materi diklat itu, sesuatu yang tidak pernah terayangkan atau termimpikan sebelumnya. Sejah 3 bulan terakhir ini saja, total sudah empat kali aku bolak balik ke balai diklat ini untuk bertemu dengan puluhan peserta yang berbeda.Â
Alhamdulillah, dengan niat hanya untuk sharing pengalaman dan sedikitpun tidak terlintas untuk mengajari atau menggurui, akhirnya aku dapat melaewatinya dengan mulus, nyaris tanpa kendapa berarti. Antusias peserta terhadap materi yang kusampaikan juga dapat kurasakan, bukan saja sebatas di kelas, tapi juga pasca pelaksanaan diklat.Â
Banyak diantara peserta yang memang punya keinginan kuat untuk bisa menulis, akhirnya melanjtkan konsultasi melaui email, telepon maupun WA, ini yang membuatku merasakan sebuah kebahagiaan dan kepuasan batin, karena sedikit banyak apa yang sudah kulakukan bisa memberi manfaat bagi orang lain. Kesan yang kudapat di kelas juga sering membuatku terharu, setiap usai aku menyampaikan materi yang terkadang harus melewati jadwal waktu yang telah ditetapkan panitia, mereka juga antusias mengajakku untuk foto bersama.
Semua itu tak lepas dari kebesaran Allah yang telah mengatur semuanya, dan rasa syukur pulanya yang sangat pantas selalu kupanjatkan keharibaanNya. Campur tangan Allah jualah yang akhirnya membuat kenyataan yang kualami ternyata jauh lebih indah dari mimpiku. Dan yang tidak dapat dinafikan tentunya, kemauan belajar secara terus menerus dan berusaha untuk terus melahirkan karya, sekecil apapun, itu yang akan membuat kenyataan yang kita dapatkan justru jauh lebih indah dari mimpi-mimpi kita. Â Alhamdulillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H