Di tangan para tokoh pertnaian inilah, kemudian rencana aksi pembangunan Aceh Agro Learning Center ditutut untuk dapat segera direalisasikan. Ada dua lokasi yang kemudian dirujuk sebagai calon lokasi pembangunan AALC, yang pertama adalah Desa Lam Seunia, Leupung, Aceh Besar, areal seluas 500 hektar milik Dinas Pertanian Aceh ini memang sangat layak untuk dikembangkan sebagai pusat pembelajaran petani. Jika disetujui nanti, di tempat ini akan dibangun integrated mix farming yang memadukan percontohan lahan hortikultura, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan agro forestry. Di lokasi ini, rencananya juga akan dibangun pusat pelatihan, laboratorium dan area agrowisata. Namun karena belum ada fasilitas apapun di lokasi ini, tentu akan lebih banyak anggaran yang dibutuhkan untuk 'menyulap" lahan ini menjadi sebuah learning center.
Alternatif kedua adalah kawasan Saree, Aceh Besar, meski arealnya tidak seluas Lam Seunaya, tapi di tempat ini sudah banyak fasilitas pendukung milik pemerintah yang sudah ada sebelumnya. Misalnya areal SMK PP Saree yang meiliki lahan seluas 190 hektar, Balai Benih Hortikultura dengan lahan seluas 40 hektar dan Balai Diklat Pertanian Aceh dengan areal seluas 16 hektar, juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat AALC.Â
Dengan luas areal sekitar 250 hektar ditambah berbagai fasilitas yang sudah ada, sepertinya akan lebih cepat terealisasi jika AALC kemudian di bangun di kawasan ini. Lokasi Saree juga sangat strategis, karena berada di lintasan utama jalur Banda Aceh -- Medan, sehingga mudah diakses dari berbagai arah.
Meski konsep awalnya mengacu kepada pusat pembelajaran petani yang ada di Thailand, namun konsep AALC tidak sepenuhnya mengadopsi agro learning center yang ada di negeri gajah putih ini. Pengalaman Muslahuddin menjelajah beberapa negara Eropa, juga menjadi salah satu masukan berharga untuk membangun AALC yang juga tidak mengesampingkan kearifan lokal Aceh ini.
Ide cemerlang ini tidak saja sudah direspon oleh Gubernur Aceh, tapi juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah kabupaten Aceh Besar yang akan menjadi lokasi AALC. Melalui pertemuan-pertemuan formal maupun informal, pihak eksekutif dan legislatif Kabupaten Aceh Besar sudah menyatakan dukungannya untuk pembangunan pusat pembeljaran petani ini. Dalam rancangan anggaran tahun 2018, pemerintah Kabupaten Aceh Besar bahkan sudah mengalokasikan anggaran untuk merealisasikan rencana besar ini.
"Untuk menjadikan AALC seperti pusat pembelajaran pertanian yang ada di Thailand, tentu tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek, karena butuh persiapan matang dan juga anggaran yang cukup besar, namun saya tetap optimis ini akan dapat terealisasi, karena semua pihak terkait sudang menyatakan dukungannya," ungkap Ahdar.
Kalau rencana ini dapat terealisasi, nantinya para petani dan juga para pejabat pemegang kebijakan pertanian di Aceh tidak perlu jauh-jauh lagi melakukan studi banding ke Thailand. Begitu juga petani dari daerah lain, juga dapat menjadikan AALC sebagai tempat magang dan belajar semua aspek pertanian di tempat ini, bahkan tidak tertutup kemungkinan para petani dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Philipina, Timor Leste dan Brunai Darussalam akan datang kesini untuk belajar tentang pertanian. Selain akan jadi pusat pembelajaran pertanian, AALC kelak juga akan bisa menjadi salah satu ikon agrowisata Aceh. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H